Menjadikan Indonesia hebat selain diperlukan kerja keras, juga mutlak diperlukan kecerdasan. Kecerdasan inilah yang diharapkan melahirkan sumber daya manusia yang profesional dan mampu menjadi pekerja yang hebat. Jika sebatas komitmen menjadi hebat tanpa ada upaya untuk menjabarkannya, maka harapan itu hampir bisa dipastikan hanya harapan.
Tantangan menuju Indonesia hebat mungkin tak hanya tingginya angka kemiskinan, juga karena lemahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam percaturan pasar bebas. Selain itu, era saat ini ketika kecakapan membaca menjadi salah satu jembatan menuju kecerdasan, malah budaya membaca justru merosot. Untuk itulah, Indonesia juga harus berbenah dari tataran elementer hingga puncak. Komitmen kita untuk maju mungkin sudah menjadi motivasi bersama. Namun, ketika kesempatan kerja dan kemampun memenangkan persaingan lemah, maka dibutuhkan satu budaya baru yakni gemar membaca.
Kita sadari bersama, membaca selama ini menjadi salah satu hal mutlak yang dibutuhkan untuk menjadi cerdas. Tanpa kecakapan dan kegemaran dalam bidang ini, maka sangat mustahil kita menjadi bangsa yang hebat dan cerdas.
Maka sangatlah relevan, sejak dini kita galakkan budaya membaca. Alangkah eloknya dan mudahnya membudayakan literasi jika lingkungan utama kita yakni keluarga juga memiliki ruang baca yang memadai. Ini penting diwujudkan agar kita makin dekat dengan bahan-bahan bacaan.
Kita yakini bersama, membaca itu penting, bahkan sangat penting. Buku itu adalah gudang ilmu yang bisa membawa kita menuju masa depan yang lebih cemerlang. Hal inilah yang sering kali didengungkan para guru dulu. Dalam era kekinian, hal semacam ini mesti tetap diingatkan, dilakukan, bahkan ditingkatkan.
Membaca adalah sesuatu kebiasaan yang tidak serta merta tumbuh begitu saja. Kita harus mengupayakannya, menyuburkannya, dan membinanya secara kontinu. Menumbuhkembangkan hal ini memang tidak mudah. Semangat untuk membangun iklim literasi di kalangan generasi muda mesti dilakukan secara sinergis. Tidak hanya oleh kalangan akademis, sekolah, kampus dan sebagainya, tetapi juga oleh kalangan orangtua yang memang lebih banyak mendapatkan sesi waktu bersama mereka.
Di tengah gempuran gadget serta informasi dunia maya yang tidak semuanya edukatif, maka tugas menjadi tentu lebih sulit. Kemungkinan mereka menjadi generasi yang ‘’ileterasi’’ menjadi semakin terbuka.
Kreativitas serta inovasi semakin dituntut. Tidak hanya mereka, kita pun para orangtua tidak boleh monoton. Selami dunia mereka. Pada batas-batas tertentu mungkin kita tidak bisa masuk. Pasti ada titik singgung di mana kita bisa share bersama, sehingga menjadikannya sebuah pertemuan yang berkualitas. Literasi yang bergizi, memang mesti masuk dari semua sisi.
Pendidikan keluarga yang sehat dapat diwujudkan dengan cara memberikan literasi yang kuat kepada keluarga sehingga di setiap insan keluarga mempunyai pandangan yang baik dan tidak mudah untuk terkena hoax. Adanya keluarga yang literat dapat meminimalisasi berita bohong dan juga informasi yang jelas kepada keluarga dengan cara memberikan satu edukasi yang baik dalam keluarga. Keluarga yang literat diharapkan akan menjadi suatu bola salju yang terus membesar yang akan menjadikan masyarakat yang literat.