NEGARA, BALIPOST.com – Diduga akibat anomali cuaca, hasil panen petani Cengkeh di Jembrana stagnan. Produksi yang diperoleh juga tidak sebanyak tahun lalu sementara harga cengkeh juga turun. Sejumlah petani cengkeh yang ditemui Sabtu (13/5) mengungkapkan kegundahan mereka akan hasil produksi tanaman mereka.
Diduga akibat kemarau panjang berlanjut hujan yang cukup lama berdampak pada hasil panen. Terkait hal tersebut, Ketua DPD Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) Bali, Nyoman Sandiyasa, Minggu (14/5), mengatakan hasil panen cengkeh tahun ini memang jarang. Tetapi disaat tidak ada cengkeh itu harga juga ikut menurun.
Saat ini harga cengkeh berkisar Rp 95 ribu per kilogram. Adanya kabar terkait harga rokok naik, sehingga berpengaruh pada cukai tinggi. Beberapa pabrik rokok menurutnya sementara mengurangi pembelian cengkeh. Hal itulah yang membuat harga cengkeh masih stagnan. “Pada prinsipinya pabrikan masih membeli cengkeh, tetapi memang dimana-mana harga (cengkeh) turun,” tandas Sandiyasa.
Sementara itu Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian Pangan Jembrana, I Komang Ariada, mengatakan dari prediksinya akan terjadi panen untuk komoditi cengkeh tahun depan. Tahun ini hasil cengkeh masih stagnan dan pembuahannya tidak maksimal dikarenakan faktor cuaca. “Anomali cuaca ini berpengaruh, disamping ada juga hama penyakit. Sehingga pembuahanya tidak maksimal,” terang Ariada.
Tanaman ini dapat ditemui di sejumlah Subak Abian di Jembrana khususnya di wilayah Timur, Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan. Kendati bukan komoditi perkebunan unggulan, namun sebagai penunjang pendapatan masyarakat, Dinas intens melakukan pembinaan.
Untuk mendongkrak kuantitas produksi Cengkeh tersebut, juga akan dilakukan pelatihan untuk petani dari Dinas Propinsi. Dalam pelatihan selama empat hari itu, sejumlah pengurus dan petani Subak Abian yang berpotensi Cengkeh diikutkan. Selama empat hari itu akan diberikan pembinaan terkait budidaya dan pengendalian penyakit. Cengkeh merupakan salah satu komoditi andalan bersama kelapa, kopi dan vanili. Sementara komoditi binaan berupa Nilam dan Pala. (Surya Dharma/balipost)