Diskusi yang diikuti sejumlah seniman, praktisi pariwisata dan budayawan terkait Festival Jegog yang akan digelar Oktober. (BP/istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Sejumlah masukan diutarakan terkait pelaksanaan Festival Jegog yang diselenggarakan pada Oktober 2019. Salah satunya menampilkan berbagai versi penampilan Jegog mulai dari tabuh klasik hingga Jegog eksperimental memadukan dengan alat musik moden. Hal tersebut disampaikan saat Diskusi Pariwisata yang bertajuk “Menyuarakan Jembrana Melalui Jegog” di Gedung Mendopo Kesari, Kamis (19/9).

Dalam diskusi yang dihadiri Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan itu terungkap berbagai masukan. Salah satu praktisi pariwisata asal Jembrana, I Putu Wiraguna menyoroti pentingnya masterplan dalam acara tersebut.

Baca juga:  "Gerbang Si Intan," Ribuan Bibit Cabai Disalurkan Per Desa

Menurutnya berbagai hal yang akan dikerjakan tidak mungkin bisa dikerjakan oleh pemkab saja, namun harus ada pihak lain yang ikut dilibatkan. “Namun yang terpenting adalah apa yang dilakukan setelah diskusi dan usulan ini. Action plan tentunya sangat penting untuk event tersebut,” ucapnya.,

Sementara itu Wayan Gama dari Komunitas Sekaa Jegog Jembrana mengusulkan agar menampilkan berbagai versi jegog yang ada di Jembrana. Mulai jegog versi Genyor yang mengutamakan tabuh klasik, versi Suprig yang dikolaborasikan dengan pencak silat, kemudian versi Jayus yang difungsikan sebagai pengiring drama gong dan versi tari kreasi oleh Pekak Jegog kemudian Jegog eksperimental yang dipadukan dengan alat musik modern atau yang kekinian.

Baca juga:  Jelang Hari Nyepi Caka 1943, Bupati Tamba Serahkan Insentif Bagi Tokoh Umat

Hal senada juga disampaikan oleh I Gede Yogi Sukawiadnyana, seorang komposer muda musik jegog eksperimental. “Perlunya penampilan genre baru musik jegog pada festival tersebut dan yang terpenting menurutnya adalah penentuan konsep acara festival apakah berbentuk formal ataukah seperti festival anak muda sekarang,” imbuh pemuda asal Ekasari ini.

Sejumlah budayawan, seniman jegog, praktisi pariwisata juga dilibatkan bertujuan mencari konsep terbaik untuk pelaksanaan Festival Jegog di Oktober. Wabup Kembang pada kesempatan tersebut menyampaikan, setelah event Mekepung Gubernur Cup, Gubernur Wayan Koster menyampaikan agar dua budaya khas Jembrana yaitu Mekepung dan Jegog harus dikemas dengan baik dalam bentuk festival dan dijadikan ikon. “Saya berharap dari diskusi kecil ini melahirkan sesuatu yang besar, beri masukan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk menyempurnakan lagi rancangan awal yang sudah dilakukan,” ucapnya. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Jegog Dikukuhkan Warisan Budaya asal Jembrana
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *