NEGARA, BALIPOST.com – PLN UPT Bali menggelar upacara Mapakelem atau Mulang Pakelem di tengah Selat Bali yang merupakan jalur beroperasinya kabel laut Jawa-Bali. Upacara butha yadnya yang diselenggarakan setiap tahun ini dimaksudkan untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi agar terjadi keseimbangan alam microcosmos dan makrocosmos.

Upacara dipusatkan di area Cable Head Gilimanuk dipuput Ida Pandita Mpu Raka Kusuma Ananda dari Grya Buana Gili Segara Arum Gilimanuk. Upacara diikuti jajaran PLN Bali baik dari UPT PLN, Unit Induk Distribusi Bali, UP2B Bali, perwakilan Indonesia Power serta Bendesa Gilimanuk, Kelurahan Gilimanuk, KP3 Gilimanuk serta masyarakat sekitar.

Baca juga:  Website PN Negara Sempat Diretas

Kepala UPT PLN Bali, Suparman mengatakan upacara butha yadnya ini dilakukan setiap tahun oleh PLN UPT Bali sebagai upaya memohon kepada Tuhan agar sumber-sumber air dapat berfungsi dengan baik. Area Cable Head Gilimanuk yang sekaligus tempat beroperasinya kabel laut Jawa Bali ini merupakan obyek vital PLN.

Ngelarung merupakan prosesi untuk penghormatan dan penyucian  di atas landasan keyakinan. Karena laut merupakan tempat melebur atau mengembalikan ke unsur aslinya atau unsur yang seharusnya menurut hukum alam.

Baca juga:  Dari Target Rp 500 Juta, PLN UPT Bali Serahkan CSR Rp 135 Juta

Mulang pakelem atau larung laut di Cable Head Gilimanuk dimaksudkan sebagai ucapan rasa syukur ke hadapan Dewa Baruna karena instalasi PLN berupa SKLT 150KV dapat beroperasi dengan baik. Melalui upacara ini juga dimohonkan agar tetap selalu dalam kondisi baik serta terhindar dari ancaman gangguan yang disebabkan oleh hal-hal yang di luar batas-batas operasional.

Sesaji mulang pakelem ini adalah bentuk caru yang tujuannya untuk membangun keharmonisan dengan alam sesuai konsep Tri Hita Karana. Sesaji dimaksudkan sebagai bentuk komunikasi manusia dengan alam (persembahan kepada Butha Kala).

Baca juga:  Warga Tegalcangkring Keluhkan Kelangkaan Ayam Potong

Kali ini sesaji yang dihaturkan adalah caru panca sato di Cable Head dan hewan kambing hitam, itik hitam dan ayam hitam sebagai pakelem di Selat Bali. “Secara filosofi dasar tujuan larung adalah memohon agar keseimbangan alam tetap terjaga dan dijauhkan dari bencana, dalam hal ini memohon agar terjadi keselamatan pada manusia dan tidak terganggunya instalasi PLN berupa Saluran Kabel Laut Tegangan 150KV yang menghubungkan daerah Jawa dan Bali,” ujar Suparman. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *