Polemik tentang keterlibatan yang mengarah kepada eksploitasi anak-anak sempat menjadi perbincangan beberapa pekan lalu. Dimulai dari keterlibatan mereka dalam event pencarian bakat calon atlet bulu tangkis yang disorot KPAI.
Sebelum munculnya masalah ini, problematika soal anak-anak Indonesia masih sangat kompleks. Masalah anak-anak cenderung menjadi komoditas politik.
Menjadi sumber pencitraan oknum dan menjadi panggung untuk menjaga image. Masalah anak-anak, selalu muncul dan mendapat perhatian. Namun, solusinya tidak pernah tuntas. Sama sekali tidak pernah.
Mereka ini selalu saja menjadi objek yang ramai diperbincangkan. Menjadi semacam retorika para oknum pejabat, wakil rakyat, pegiat kemanusiaan dan sebagainya. Mereka inilah yang mencari panggung, mencari nama serta pengakuan dan bahkan ketenaran, tetapi juga patut digarisbawahi, banyak juga yang memang tulus untuk bekerja.
Secara sukarela mengeluarkan niat, tenaga, serta uang untuk memperbaiki nasib anak Indonesia. Tetapi ya itu tadi, jumlah mereka terlalu sedikit dibandingkan dengan mereka yang berusaha mengambil manfaat.
Tidak berlebihan tudingan semacam ini karena masalah eksploitasi anak ini memang sudah mengakar. Tidak pernah selesai. Pemerintah juga rupanya kurang bersungguh-sungguh. Memang ini masalah yang berarti sebagai negara yang dengan penduduk yang banyak serta rentang wilayah yang begitu luas.
Kesenjangan antarsektor, antarwilayah membuat kesenjangan kualitas pendidikan, ekonomi, kesejahteraan maupun kesehatan. Pemerintah tentu sulit untuk mengatasi hal ini sendirian. Tetapi, pemerintah mesti jadi panglimanya dengan menggandeng kalangan swasta, LSM, pemerhati serta masyarakat lainnya.
Peranan keluarga juga sangatlah penting. Di dalam keluargalah anak-anak itu merasa aman dan nyaman. Tentu keluarga yang harmonis. Juga lingkungannya. Di sanalah juga tempat dia belajar. Lingkungan juga mesti aman dan nyaman. Juga di sekolah, sebagian hidupnya dihabiskan untuk belajar, bermain serta bersosialisasi dengan para guru dan temannya.
Lingkungan mereka ini mesti nyaman dan aman. Untuk memperoleh kondisi seperti ini mesti lagi-lagi pemerintah yang punya tanggung jawab. Lagi-lagi pula pemerintah tidak bisa sendiri. Partisipasi aktif sektor lainnya juga mesti optimal.
Sinergi dalam bermasyarakat memunculkan kondisi yang dinamis. Rasa saling memiliki, bertanggung jawab serta berkontribusi secara positif akan menghasilkan sebuah komitmen yang baik bagi pertumbuhan, perkembangan anak-anak. Anak-anak sehat, generasi kuat maka bangsa serta negara pun akan kuat.
Apakah nanti itu muncul ide tentang anak-anak apa pun, apakah rumah sakit ramah anak, sekolah ramah anak, kota ramah anak, mal ramah anak dan segala macamnya bukan persoalan, sepanjang fondasinya dikuatkan dulu. Komitmen serta tekad yang sungguh-sungguh untuk bersinergi menempatkan anak-anak pada porsinya yang proporsional. Sehingga nantinya tercipta sebuah kondisi yang aman dan nyaman bagi anak-anak kita.