MANGUPURA, BALIPOST.com – Ismile Alam Atelier School Canggu menggelar workshop pendidikan pada Minggu (13/10) di Hall Ismile Alam Atelier, Canggu, Jalan Pemelisan, Bali. Workshop yang diikuti para guru pre school di Bali  ini mengangkat tema “The Mind That Turns The Corner.”

Workshop ini mendatangkan narasumber khusus dari Amerika yaitu Alise Shafer Ivey, seorang konsultan pendidikan. Dari workshop ini diharapkan pendidik dapat mendukung cara berpikir anak, mengubah pola pikir dalam mengarahkan anak-anak, sehingga menciptakan generasi emas ke depannya.

Director of Operations Ismile Alam Atelier Maryati Lauw mengatakan, Alise Shafer Ivey merupakan konsultan dan praktisi pendidikan di Amerika. Alise juga memiliki banyak nest untuk camp anak-anak pengungsi.

Baca juga:  Kisruh Soal Tanah Pasar Gianyar, Fraksi Golkar Dorong Terwujudnya Mediasi

Sebelumnya Alise diundang menjadi pembicara di Ismile, Jakarta. Kemudian Alise diundang menjadi pembicara di Ismile Alam Atelier, Canggu untuk pendidik di Bali khususnya di bawah naungan Himpaudi Bali.

Menurutnya seminar ini sangat penting bagi tenaga pendidik di Bali karena Alise membuka pikiran pendidik untuk mengarahkan anak-anak secara maksimal. Sehingga mereka bisa bertumbuh secara maksimal dan potensi mereka bisa tergali dengan baik.

“Kita jangan sampai meredam anak-anak. Kita sebagai pendidik atau orang tua sering mengatakan tidak, kamu salah, dan tidak yang lain. Beliau (Alise, red) tidak menganjurkan kata-kata seperti itu. Karena kalau sering mengatakan itu, anak-anak itu menjadi anak yang penakut, tidak berani bersuara lagi, mengemukakan pendapat dan tidak kreatif,” jelasnya.

Baca juga:  Tiap Tahun, RSJ Rawat Belasan Pasien Anak

Kalimat yang digunakan berkomunikasi dengan anak agar dapat menggali atau memancing anak berpikir, kenapa dan mengapa boleh dan tidak boleh melakukan suatu hal. “Dari sana kita akan gali jawaban anak-anak sehingga terjadi suatu diskusi dengan anak-anak itu. Jadi dari sana, anak-anak akan mengemukakan banyak sekali pendapat, mereka akan berani bersuara,” jelasnya.

Perbedaan budaya juga mempengaruhi cara mendidik. Setiap negara memiliki budaya yang berbeda-beda. Alise dengan budaya barat yang sangat bebas sedangkan di Indonesia tidak demikian.

Baca juga:  Dispusar Gianyar Gelar Workshop Kearsipan

Pendidikan di Ismile khususnya, lebih membentuk karakter anak didik. Tidak hanya di Ismile tapi juga pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk karakter anak.

Ketika anak-anak sedang mengemukakan pendapat, itu berarti anak sedang berimajinasi. Jangan pernah menghentikan anak-anak ketika mereka mengemukakan pendapat.

Dengan model pendidikan seperti ini, diharapkan anak tumbuh menjadi anak yang berwawasan luas, terbuka, dan menjadi penemu yang luar biasa. Tenaga pendidik diharapkan dapat mengubah cara pandang, cara berpikir, gaya mengajar bukan lagi konvensional tapi ke depan merangkul anak sehingga tumbuh anak yang kreatif dan berwawasan luas. (Adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *