DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, ekspor komoditi ikan dan udang mengalami penurunan pada Agustus 2019 yaitu -17,77 persen (yoy). Namun secara mtm, mengalami peningkatan 28,20 persen dengan nilai ekspor USD 9,6 juta.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali Ir. I Made Sudarsana, M.Si. mengatakan, komoditas ekspor tidak hanya tuna tapi juga udang dan cumi. Permintaan buyer sangat mempengaruhi, oleh karena itu penurunan ini juga tidak lepas dari pengaruh permintaan komoditas ikan dan udang.
Namun, dari sisi produktivitas perikanan dan penanganan ikan di Bali dikatakannya stabil. “Kalau tuna yang agak susah kita dapatkan, tapi cuminya yang meningkat,” ungkapnya Senin (14/10).
Triwulan I 2019, ekspor cumi meningkat yaitu mencapai 4.559,9 ton dengan nilai USD 19,4 juta. Ekspor udang dari sisi nilai juga cukup lumayan yaitu 1.393, 9 ton dengan nilai ekspor USD 9,9 juta.
Dengan dilarangnya transshipment (alih muatan) di tengah laut, biaya operasional ekspor tuna menjadi cukup tinggi. “Mereka harus bolak balik berlayar kalau mereka dapat tangkapan. Ini sebenarnya tidak efisien,” ungkapnya.
Sebagai alternatif komoditi ekspor, penangkapan berikutnya bisa cumi karena bisa mendongkrak biaya operasional perusahaan itu. Negara tujuan ekspor cumi yaitu China dan Taiwan. Sedangkan tujuan ekspor tuna yaitu Jepang, Australia dan AS. (Citta Maya/balipost)