BANGLI, BALIPOST.com – Petani coklat di Wikayah Tembuku, Bangli mulai kelimpungan, menyusul tanaman coklat yang dikembangkan diserang lalat kuning. Akibat serangan lalat itu, membuat para petani kelimpungan mengingat produksi coklat menjadi menurun, lantaran buah coklat membusuk dan tidak bisa dipanen.
Salah seorang petani coklat di Banjar Kedui, Desa Tembuku, Bangli, Ketut Wiranata, Rabu (17/5) mengatakan, serangan lalat kuning itu sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan ini. Kata dia, kondisi ini membuat dirinya tidak bisa maksimal mendapat hasil panen, lantaran buah coklat sudah membusuk di makan lalat. “Berbagai upaya sudah saya lakukan untuk mencegah perkembangan lalat buah ini namun tidak mempan. Salah satunya dengan membuat jebakan lalat tersebut,” ujar Ketut Wiranata.
Wiranata mengatakan, tidak hanya coklat miliknya saja yang diserang lalat kuning tersebut, kebun coklat milik petani lainnya juga ikut diserang lalat. Kata dia, beberapa tahun lalu tanaman coklat merupakan primadona bagi petani diwilayah Tembuku. Akan tetapi, belakangan ini semenjak tanaman ini banyak diserang penyakit, membuat hasil produksi pun menjadi turun dan kualitas biji pun merosot yang menyebabkan harga di pasaran menjadi rendah.
“Karena coklat tidak lagi menjangikan, petani kini mulai beralih menanam tanaman lain seperti jeruk. Saya sendiri sudah menanam jeruk, dan telah menghasilkan,” ucapnya.
Dikatakannya, penyebab lain gagalnya penanggulangan serangan lalat buah ini lantaran petani tidak mau kompak untuk melakukan pemberantasan. Kata dia, meksi ada satu dua petani yang melakukan pemeberantasan, namun hal itu sia-sia, karena lalat buah akan pindah ke tanaman petani coklat yang lain yang tidak dilengkapi jebakan lalat. “Semestinya kalau petani mau mengembalikan kejayaan coklat harus kompak memerangi lalat buah ini,”keluhnya.
Hal senada juga disampaikan petani coklat lainnya, Nyoman Sutami petani. Kata dia, buah coklat miliknya juga banyak yang ruak akibat diserang lalat kuning tersebut. Menurutnya, rusaknya tanaman coklat juga akibat petani malas melakukan perawatan pada tanaman. Pasalnya hampir sebagian besar petani tidak melakukan perawatan tanaman seperti pemupukan, pemangkasan hingga penyemrotan obat pembasmi hama. “Kalau daerah petani rajin melakukan perawatan, makanya tanamanya mampu menghasilkan buah yang berkualitas,”pungkas Sutami. (eka prananda/balipost)