Kakak kandung Pande Mahayasa, Kadek Pande Brahma, menunjukkan foto adiknya semasa hidup ketika ditemui di rumahnya Jalan Sandat No. 4 Banjar Taman Kaja, Kecamatan Ubud, Rabu (16/10). (BP/nik)

GIANYAR, BALIPOST.com – Penyebab kematian Pande Mahayasa yang ditemukan di perbatasan Pantai Siyut dan Pantai Lebih, masih misterius hingga Rabu (16/10). Pemuda asal Banjar Taman Kaja, Ubud, yang baru tamat di salah satu perguruan tinggi itu dikenal sosok pendiam. Hal ini yang membuat pihak keluarga mempertanyakan kematian korban.

Kakak kandung korban, Kadek Pande Brahma, ditemui di rumahnya mengungkapkan, Mahayasa merupakan anak terakhir dari empat bersaudara. Selama ini ia dikenal sebagai sosok yang pendiam. Terakhir kali korban berpamitan dari rumah pada Minggu (13/10) malam. “Dia pamit, katanya mau ke Jakarta untuk interview pekerjaan,” katanya.

Baca juga:  Piala Pangdam, FKPPI Tantang PSAD di Final

Sebelumnya, korban dan keluarganya sempat foto bersama di salah satu pura setempat. Usai acara di pura, sang adik berpamitan. Brahma minta mengantar ke bandara, namun ditolak. Korban memilih berangkat sendiri naik motor. “Saya sarankan agar nitip motor di rumah kakak di Denpasar,” ujarnya.

Sekitar pukul 22.00 Wita, Brahma berinisiatif menghubungi kakak pertamanya. Sang kakak menyatakan korban belum sampai di Denpasar. Ia mengira Mahayasa langsung ke bandara. Saat dihubungi ternyata HP-nya ketinggalan di kamar dan tengah dicas berikut STNK sepeda motornya.

Dua hari berlalu, Brahma mengira adiknya sudah sampai di Jakarta. Akan tetapi nyatanya Mahayasa dikabarkan telah meninggal dunia dan mayatnya ditemukan di Pantai Siyut pada Selasa (15/10) sore.

Baca juga:  Digondol Maling, Enam Pucuk Bunga Emas Raib

“Kami rasa kepergiannya sangat janggal, pelipis kanannya memar, rahangnya kayak patah, dan jari jempol tangannya terikat tali tas ransel yang dibawanya saat meninggalkan rumah. Sampai harus menggunakan pisau untuk memutus karena erat sekali. Makanya kami ingin tahu jawaban dari kejanggalan-kejanggalan tersebut. Jasadnya masih di RS Sanglah, Denpasar, untuk diautopsi,” bebernya.

Pihak keluarga berharap sesegera mungkin menemukan titik terang penyebab kepergian adiknya tersebut. Selain itu, motor Honda Vario warna pink DK 6092 LI yang dikendarainya belum ditemukan. “Beda jika adik saya itu urakan. Anaknya polos, pulang langsung diam di kamar. Ditanya apa, dijawab itu saja. Siapa harus kami curigai, orang aman-aman saja. Handphone-nya sudah kami serahkan ke pihak kepolisian,” tandas Brahma.

Baca juga:  Penataan Goa Jepang Tunggu Kajian Tim Geologi

Kapolsek Gianyar Kompol Ketut Suastika menyatakan masih menunggu hasil autopsi pihak rumah sakit. Kapolsek menampik di tubuh korban disebut ada tanda kekerasan. ”Tanda kekerasan tidak ada. Kita tunggu hasil autopsi untuk memastikan penyebab kematiannya,” jelasnya. (Manik Astajaya/balipost

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *