DENPASAR, BALIPOST.com – Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 yang menghadirkan berbagai seni inovatif, modern dan kontemporer secara resmi dibuka Gubernur Bali Wayan Koster di Panggung Terbuka Ardha Chandra, Taman Budaya Denpasar, Sabtu (26/10). Pembukaan FSBJ 2019 berlangsung semarak, ditandai penyalaan lampu tongkat mistik (LED) oleh Gubernur Wayan Koster yang didampingi Ny. Putri Koster, Ida Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) beserta istri dan Wakil Ketua DPRD Bali.

Penyalaan lampu LED disertai video mapping berdurasi tiga menit yang mengundang decak kagum penonton yang memenuhi panggung terbuka Ardha Candra. Gubernur Wayan Koster dalam sambutannya menyebut, seni dan budaya yang berbasis pada adat istiadat merupakan ciri dominan masyarakat Pulau Dewata.

Jika dianalogikan golongan darah, ia mengibaratkan masyarakat Bali bergolongan darah seni atau DNA seni. “Seni dan budaya selalu hidup, digeluti dan ditekuni secara konsisten oleh masyarakat Bali,” ucapnya sembari menyebut kalau Bali tak punya sumber daya alam seperti tambang batubara atau minyak bumi seperti daerah lain.

Namun, Bali punya seni dan budaya yang unik yang harus dijadikan kebanggaan.
Bertolak dari fakta tersebut, Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster dan Wagub Cok Ace berkomitmen nyata dalam pengembangan seni dan budaya melalui program yang terarah dan terintegrasi.

Baca juga:  Kembangkan Sistem Transportasi Cerdas, Gubernur Koster MoU dengan ITS Indonesia

Lebih jauh gubernur yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PDIP Provinsi Bali ini menyebut, strategi pemajuan kebudayaan diarahkan pada dua kelompok besar seni, yaitu seni tradisi dan seni modern (kontemporer). Selama ini, seni tradisi telah mendapat ruang, yaitu di perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB).

Selanjutnya, untuk memberi ruang bagi seni modern dan kontemporer, Gubernur Wayan Koster menggagas FSBJ yang diharapkan menjadi ruang berekspresi kesenian bagi generasi milenial. Perhelatan ini merupakan wujud kepedulian dan keberpihakan Gubernur Wayan Koster terhadap upaya pengembangan seni modern dan kontemporer. “Ajang ini kita harapkan memacu gairah generasi muda dalam berkesenian,” imbuhnya.

Dengan demikian, kalangan generasi muda akan ikut ambil bagian dan bertanggung jawab dalam upaya pemajuan kebudayaan yang menjadi modal utama bagi masyarakat Bali dalam menghadapi berbagai tantangan di era global. Ia pun berharap, ke depannya seni modern dan kontemporer bisa berkembang menjadi industri kreatif yang bermanfaat bagi kesejahteraan.

Baca juga:  Libur Lebaran Berakhir, Penumpang Mulai Tinggalkan Bali

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan “Kun” Adnyana dalam laporannya menyampaikan, FBSJ yang baru pertama kalinya digelar merupakan jawaban atas mimpi serta penantian panjang kalangan seniman modern dan kontemporer. Menurutnya, selama ini seni modern dan kontemporer belum mendapat ruang. Kalaupun ada, ruang itu merupakan inisiatif dari para seniman. “Kita patut bersyukur karena saat ini ada upaya nyata dari pemerintah untuk memberi ruang bagi seni modern dan kontemporer,” ucapnya.

FSBJ 2019 melibatkan 1.692 seniman muda dan materi kegiatan terbagi dalam 6 jenis, yaitu Pawimba (lomba), Aguron-guron (workshop), Adilango (pergelaran), Kandarupa (pameran), Tenten (pasar malam seni) dan Timbang Rasa. Kegiatan ini sendiri akan berlangsung hingga 8 November 2019 mendatang.

Selain menyajikan berbagai kesenian inovatif, FSBJ juga memanjakan pengunjung dengan seni instalasi “lighting” cantik di seputaran area Taman Budaya. Di samping itu, ada pula sejumlah titik untuk “photo booth” menarik di depan Panggung Terbuka Ardha Candra, Gedung Ksirarnawa, dan pintu masuk Taman Budaya.

“Tak hanya menampilkan seni instalasi outdoor yang memang telah disiapkan panitia, di sini juga ditampilkan seni instalasi dari para pemenang lomba. Seni instalasi itu antara lain dapat disaksikan di pintu masuk Taman Budaya, seputaran sungai, hingga area sebelah selatan Gedung Kriya Taman Budaya. Hal ini tentunya sangat cocok bagi generasi milenial yang gemar berburu spot-spot yang instagramable,” ucap pria yang juga akademisi Institut Seni Indonesia Denpasar ini.

Baca juga:  Pendidikan Harus Bentuk Manusia Seutuhnya

Pembukaan FSBJ 2018 dimeriahkan Gelar Seni Kolaborasi “Babad Gumatat-Gumitit”. Babad Gumatat-Gumitit merupakan sebuah pementasan opera kabaret yang didukung oleh seluruh anggota Teater Kini Berseri berjumlah sekitar 50 orang, serta aktor-aktor teater terbaik setingkat SMA se-Denpasar.

Pementasan ini melibatkan Teater Topeng SMAN 2 Denpasar, Teater Blabar SMAN 4 Denpasar, Teater Limas SMAN 5 Denpasar, Teater Kirana SMAN 6 Denpasar, Teater Bagol SMKTI Bali Global Denpasar, Teater Teras SMAN 1 Kuta, Teater Sumukhi SMKN 2 Denpasar, Teater Orok Unud, Komunitas Djamur dan BTS Production.

Babad Gumatat Gumitit mengisahkan tentang serangga-serangga dan mahluk kecil lainnya yang sedang mengumpulkan enam mustika dari enam tempat, yaitu hutan, danau, laut, gunung sesuai visi Gubernur Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru”. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *