Desa Wisata Penglipuran yang menampilkan rumah berasitektur Bali. (BP/ina)

Cita rasa karya arsitektur tersebut akan mengingatkan memori seseorang akan identitas suatu tempat sense of place. Identitas dimaksud adalah sesuatu yang digunakan untuk mengenali, membedakan suatu tempat dengan tempat lainnya.

Dengan demikian persoalan arsitektur bukan semata perihal tanda, simbol, keindahan, kekuatan, dan fungsional belaka, namun juga terkandung manfaat ekonomi, ideologi, sampai dengan representasi yang tercermin dalam identitasnya.

Pemerintah Provinsi Bali sejak Wayan Koster sebagai gubernur telah menetapkan penggunaan aksara, bahasa, dan sastra Bali, penggunaan busana adat Bali, dan penguatan kelembagaan desa adat merupakan upaya pelestarian dan keberlanjutan kearifan lokal yang sarat dengan eksistensi identitas Bali.

Sinergitas upaya tersebut di atas akan semakin berkesinambungan jika karya cipta arsitektur di Bali kian dikokohkan identitas ke-Bali-annya, sehingga kekhawatiran akan hilangnya identitas tidak terjadi. Oleh karenanya setiap insan arsitek yang bekerja di Bali, otoritas penerbitan izin, pengawas, investor, hingga masyarakat hendaknya dapat memahami dan menerapkan penguatan identitas untuk menyatakan bahwa kita masih ada.

Baca juga:  Pendekatan Budaya dalam Memproteksi Kawasan Hulu

Yang jelas, ada banyak hal masih bisa kita jadikan rujukan untuk menjaga  identitas Bali. Jika selama ini kita concern pada penguatan budaya dan penopang budaya sebagai penyangga identitas Bali, maka kesetaraan  penguatan identitas lainnya haruslah dibangun juga. Jika bahasa, tradisi dan peradaban manusia Bali terjaga, itu artinya kita telah mengawal Bali dan jati diri Bali.

Untuk itulah kesetiaan menjaga dan mengawal Bali mesti dibangun. Komitmen pimpinan menjaga identitas dan jati diri Bali mestinya dijabarkan bersama. Dalam hal ini kita tak bisa hanya membebani  kepala daerah sendirian untuk menjaga identitas Bali. Kita harus bergerak bersama dan membangun komitmen yang jelas. Jangan mengabaikan kekuatan Bali demi kepentingan pertumbuhan ekonomi yang tak berpihak pada penguatan daya dukung krama Bali, sebagai pengawal budaya.

Baca juga:  Tantangan UMKM di Tahun 2020

Hal mendesak yang perlu komitmen bersama adalah penyelamatan tata ruang dan pengelolaan bangunan fisik, tata kelola lahan dan peruntukannya juga harus jelas. Bahkan, dalam mengelola ruang sebagai pusat bisnis, kawasan pariwisata termasuk permukiman pendekatan arsitektur Bali wajib diakomodasi.

Pendekatan arsitektur bernuansa Balli mestinya ditegakkan. Peran pengawasan dalam hal ini juga harus jelas. Bahkan jika memungkinkan sejak awal pengajuan izin standar kelayakan harus diterapkan. Desain bangunan juga sejak awal sudah mengakomodasi arsitektur Bali. Jika hal ini diabaikan maka semangat untuk membangun jati diri lewat arsitektur akan sulit terwujud.

Baca juga:  Generasi Muda Perlu Teladan

Untuk itulah kita sebagai pendukung peradaban Bali harus membangun komitmen bersama menjaga Bali sebagai ruang hidup yang nyaman, aman dan tetap memiliki identitas yang jelas. Arsitektur Bali sebagai penyangga kearifan lokal harus dijaga dan dan diterapkan.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *