IGK Manila. (BP/Eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Puputan Margarana merupakan tonggak perjuangan masyarkat Bali terhadap kolonial Belanda. Pertempuran habis-habisan itu berlangsung 20 November 1946. Hingga saat ini, 20 November diperingati sebagai Hari Puputan Margarana.

Perang puputan itu tak lepas dari sosok I Gusti Ngurah Rai. Pahlawan Nasional yang pangkat kolonel itu, dipercaya memimpin Sunda Kecil, guna mengusir penjajah. I Gusti Ngurah Rai bertempur mati-matian dengan mengerahkan pasukannya yang disebut Ciung Wanara. Heroisme para pejuang yang gugur pada pertempuran itu patut menjadi teladan. Lantas nilai-nilai apa yang mesti diteladani kaum milenial Bali?

Baca juga:  Bali, Pariwisata, dan Kebhinekaan

Tokoh masyarakat Bali sekaligus mantan prajurit yang terakhir berpangkat Mayor Jenderal (Mayjen) IGK Manila menyatakan bangga dengan keteladanan I Gusti Ngurah Rai. Kata IGK Manila, Rabu (20/11), ada tiga hal yang mesti diteladani dari para pejuang Puputan Margarana itu.

Pertama adalah sosok I Gusti Ngurah Rai yang mempunyai sifat kesatria. Kedua mempunyai jiwa nasionalisme dan ketiga adalah tidak mau kompromi dengan penjajah. Dan ketiga ini pula yang mesti diteladani oleh generasi muda Bali saat ini. “Kita harus belajar sejarah. Orang Bali harus tahu bahwa di tahun 1946 ada pertempuran hebat yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai. Ada nilai-nilai yang harus diteladani yakni kesatria, nasionalis dan tidak gampang menyerah,” tegasnya.

Baca juga:  BNNP Bali Sasar SMPN 4 Banjar

Salah satu contoh, tandas IGK Manila, I Gusti Ngurah Rai pernah dibujuk oleh Belanda, dengan iming-iming gaji besar dan lain sebagainya. Namun permintaan itu ditolak mentah-mentah. “Silakan anda kompromi ke atasan NICA saja. Kami di Bali bukan kompromis. Jika kalian tidak pergi maka kami akan berjuang sampai titik darah penghabisan,” ucap IGK Manila mengutip pernyataan Ngurah Rai. (Miasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *