Penghuni Panti Laras diajarkan cara menjaga kebersihan lingkungan. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Tak mudah melawan stigma masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Banyak yang menganggap bahwa ODGJ adalah beban.

Namun tidak bagi para pengasuh yang bekerja di panti laras yang berlokasi di kompleks rumah dinas Wanasara, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan. Dari sekitar enam orang petugas pengasuh, empat diantaranya adalah perempuan.

Salah satunya, Ni Putu Sri Setiawati. Selama satu tahun menjadi petugas pengasuh ODGJ banyak cerita yang bisa dibagi.

Apalagi setiap hari, perempuan berusia 38 tahun ini tidak hanya harus berjibaku menghadapi 12 orang ODGJ yang dititip di panti, melainkan juga mengasuh para lanjut usia (lansia) di panti werdha yang ada tepat berada di seberang Panti Laras.

Baca juga:  Ngamuk dan Resahkan Warga, Satpol PP Amankan ODGJ

Bagi dirinya, panti menjadi rumah kedua karena waktunya lebih banyak berkutat dengan para penghuni panti.

Ditemui Minggu (24/12), Sri Setiawati menceritakan suka dukanya dalam mengasuh ODGJ. Mulai dari penghuni yang mengamuk saat penyakitnya kambuh, disiram oleh air, dan ODGJ yang kabur dari panti. “Pernah juga dipukul sama mereka, awalnya dikira hanya bercanda, ternyata serius bahkan ada teman sampai berdarah di bagian kumisnya. Kekuatan mereka bisa 10 kali lipat dibandingkan orang normal kalau lagi kambuh,” terangnya.

Belum lagi ketika ia dan rekan-rekan pengasuh lainnya harus menghadapi ODGJ yang kabur dengan cara merusak terali. “Sempat waktu ini ada yang kabur, padahal baru saja dibawa oleh petugas Satpol PP ke panti, untung bisa dikejar. Sebenarnya kita agak keberatan nerima yang lagi mengamuk, karena memang di panti belum ada tenaga keamanannya untuk siang dan sore,” terangnya.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Harian Masih di Atas 3.000 Orang, Bali Juga Tetap Ada di 5 Besar

Dikatakannya saat ini untuk penghuni panti laras, rata-rata umurnya 40 tahun. Namun ada pula yang lansia, sebanyak dua orang dengan usia di atas 60 tahun.

Di balik duka tersebut, bagi Sri ada juga pengalaman yang dianggapnya menyenangkan. “Manisnya, kita melayani sama seperti orang gila,” sergahnya sambil tertawa lepas.

Meski demikian, ia mengaku tidak malu dan mengeluh akan tugas yang diberikan. Karena pekerjaan yang dilakoninya saat ini juga bentuk menabung karma baik dan bentuk kepeduliannya kepada yang membutuhkan.

Baca juga:  Masyarakat Diminta Tak Khawatir Donor Darah di Tengah Pandemi

Menjadi pengasuh para ODGJ dan lanjut usia dengan beragam karakter tentu saja tidak membuat Setiawati patah semangat. Apalagi suaminya, I Nyoman Wirta sangat mendukung tugas istrinya.

Bahkan saat panti sosial ini belum memiliki petugas keamanan, Nyoman Wirta ikut menjaga panti hingga pukul 11 malam.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Sosial Tabanan, I Nyoman Gede Gunawan mengatakan sangat berterima kasih atas pengabdian para pengasuh panti yang telah dengan sepenuh hati dan ketulusannya tanpa rasa mengeluh. “Ini memperlihatkan bahwa mereka sadar bahwa berbagi dalam hidup adalah yadnya, kami juga berharap mudah-mudahan ada kesempatan mereka diangkat menjadi pegawai kontrak di Pemda, karena selama ini hanya masuk dalam tim kegiatan,” ucapnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *