SINGARAJA, BALIPOST.com – Buleleng dikenal sebagai penghasil mangga terbaik di Bali. Meskipun menyandang predikat itu, namun ada varietas mangga di Bali Utara sekarang kondisinya diambang kepunahan. Salah satunya adalah Mangga Amplem Sari.

Mangga yang cocok dibudidayakan di Kecamatan Tejakula ini kondisinya terancam punah. Tidak ingin hal itu benar-benar terjadi, Dinas Pertanian (Distan) melakukan uji coba pengembangan mangga yang satu ini.

Langkah tersebut dilakukan dengan menyiapkan bibit Mangga Amplem Sari. Hasil pembibitan tersebut mulai dibudidayakan di luar Kecamatan Tejakula.

Distan sendiri membagikan secara gratis sebanyak 1.000 pohon bibit Mangga Amplem Sari, Jumat (6/12). Selain itu, sebanyak 2.000 pohon bibit Durian lokal dari Desa Bestala, Kecamatan Seririt juga dibagikan dengan cuma-cuma.

Baca juga:  Presiden Jokowi Targetkan 30 Pesemaian Hasilkan 360 Juta Bibit

Selain untuk masyarakat umum, bibit Mangga Amplem Sari dan Durian Bestala tersebut juga diserahkan kepada masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Buleleng. Ribuan bibit mangga dan durian itu diserahkan secara simblis oleh Bupati Putu Agus Suradnyana (PAS) bersamaan dengan Apel Krida di lapangan Taman Kota Singaraja.

Kepala Distan Made Sumiarta mengatakan, petani di beberapa desa di Kecamatan Tejakula sejak dulu banyak menanam mangga Amplem Sari. Sejak jenis mangga ini dibudidayakan, produktivitas masih kecil, namun kualitas buahnya tergolong baik.

Baca juga:  Kunjungi Desa Bukit, Putri Suastini Koster Tekankan Peran Penting PKK

Karena kondisi itu, mangga ini beberapa tahun terakhir mulai berkurang. Ini karena petani tertarik menanam jenis mangga lain yang lebih produktif, seperti Mangga Harum Manis dan Lali Jiwa.

Tidak ingin mangga asli Buleleng itu punah, Distan kemudian melakukan langkah strategis dengan memproduksi bibit mangga Amplem Sari. Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas, Distan menggabungkan Mangga Amplem Sari dengan Mangga Lali Jiwa.

Teknik penyatuan dua jenis mangga ini dilakukan dengan sambung. Di batang bawah tetap memakai Mangga Amplem Sari dan tunas atasnya memakai Mangga Lali Jiwa. “Kalau di Kecamatan Tejakula sudah dikenal, namun belakangan keberadaanya mulai sedikit. Kami produksi bibit dengan menggabungkan kedua jenis mangga itu dan mengembangkan ke luar Tejakula. Tujuannya mangga ini lebih dikenal dan semakin banyak petani atau warga lain tertarik untuk menanam,” katanya.

Baca juga:  Salurkan Modal ke Pertanian, Bank Siap Asalkan Syarat Ini Dipenuhi

Sementara itu, Bupati Putu Agus Suradnyana mengatakan, langkah penyelamatan jenis mangga yang terancam punah ini sangat tepat dilakukan. Selain itu, pengembangan ke luar Kecamatan Tejakula ini juga tepat dilakukan untuk memudahkan pengawasan tanaman termasuk ketika tanaman berbuah nanti lebih mudah mengawasi proses pngolahan pascapanennya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *