GIANYAR, BALIPOST.com – Menjadi hal biasa, untuk dokter menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Namun akan berbeda, bila dokter yang memiliki kesibukan padat, justru menelurkan karya seni rupa, khususnya dalam bentuk lukisan dan fotografi.

Puluhan lukisan serta foto karya dokter yang tergabung dalam Madicart ini dipamerkan di House Of Arie Smith. Pameran yang bertema “The Soul OF other and Child” ini akan digelar dalam satu bulan ke depan.

Founder Madicart, Prof. Dr.dr. I Wayan Wita, Sp.JP(K) menuturkan pameran ini menampilkan karya dokter yang tergabung dalam Madicart. Dikatakan Madicart merupakan perhimpunan dokter penghobi lukis, fotografi hingga pembuatan film.

Baca juga:  Kisruh Revitalisasi Pasar Umum Gianyar, Pemkab Tutup Celah Mediasi Bagi Pedagang Dan Desa Adat

Madicart dibangun di RS Sanglah pada 7 Desember 2013. “Ini menghimpun dokter, terutama yang ada di Sanglah dan Unud, yang hobi berkesenian, tentunya hanya sebagai sambilan,” ujarnya.

Dikatakan Madicart sendiri sudah beberapa kali menggelar pameran pada sejumlah festival seni. Khusus untuk pameran karya seni di luar bidang kesehatan, baru pertama kali digelar di Houese Of Arie Smith.

Pameran dalam bingkai Hari Ibu dengan tema “The Soul OF other and Child” ini menampilkan puluhan karya tentang anak-anak dengan orang tua, atau anak-anak dengan teman sepermainan. “Di sini beberapa lukisan betul-betul dibuat dari hati, hasil komunikasi dokter dengan pasien dan keluarga pasien. Karya yang sangat menyentuh kemanusiaan,” katanya.

Baca juga:  Desa Adat Ababi Gelar Pelebon "Jero Ketut"

Prof Wita mengaku sudah melukis sejak lama. Namun dia tidak menampik acap kali karya yang dibuat mangkrak dalam waktu yang cukup lama. Sebab, sebagai dokter ia sendiri harus memprioritaskan penanganan pasien. “Ya karena melukis juga perlu mood, tidak bisa dikejar target,” ujarnya.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, GA Bintang Darmawati Puspayoga, S.E., M.Si yang membuka pameran tersebut menyampaikan apresiasi terhadap karya para dokter. Terlebih karya yang ditampilkan banyak mengandung filosofi. “Di satu sisi profesi dokter, mereka punya hobi melukis, melihat karya yang dipamerkan saya memberikan apresiasi karena banyak filosofi yang bisa kita ambil dari lukisan yang para dokter tuangkan. Misal lukisan siang yang ganas dilukiskan begitu menyayangi anaknya,” ujarnya.

Baca juga:  Desa Adat Kedonganan Gelar Karya Ngusaba Desa

Sementara itu pemlik House Of Arie Smith, dr. Pande Made Kardi Suteja mengatakan Arie Smith tinggal di tempat tersebut hampir 24 tahun, sampai meninggal di usia yang menjelang 100 tahun. “Saya berpikir tempat ini harus diabadikan semacam memorial untuk mengenang jasa Arie Smith, karena beliau adalah seorang tokoh seni di Ubud,” katanya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *