produksi
Proses pemilahan biji kopi kering di Desa Pujungan Pupuan Tabanan. Kopi Pupuan jenis Robusta selain dilirik pasar domestik juga dilirik oleh pasar ekspor. (BP/dok)
TABANAN, BALIPOST.com – Hasil panen kopi Pupuan di tahun 2017, diperkirakan mengalami kondisi yang sama seperti hasil panen tahun 2016. Dimana, hasil panen kopi terus mengalami penurunan. Penyebabnya pun tetap disinyalir sama yaitu karena cuaca.

Ketua Ikatan Asosiasi Kopi Pupuan, Wayan Dira sekaligus petani kopi, Kamis (25/5) mengatakan jika tahun 2016 petani kopi Pupuan bertarung dengan musim kemarau, maka di tahun 2017 ini melawan cuaca hujan.

Karena hujan yang intesitasnya tinggi di tahun 2017 membuat produksi bunga kopi tidak maksimal. Akibatnya, pertumbuhan buah juga tidak sesuai dengan harapan petani. Dira melanjutkan, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh petani selain melakukan tindakan pemupukan maupun pemangkasan pohon kopi. ‘’Para petani sudah melakukan langkah antisipasi. Namun yang di lawan ini alam, jadi hasilnya tetap tidak maksimal,’’ ujarnya.

Baca juga:  Warga dari 10 Subak Lakukan Perang Tipat di Pura Masceti Desa Sayan

Sebagai pengepul kopi Pupuan, diakui Dira ia tidak bisa memastikan berapa jumlah panen kopi di tahun 2017 yang akan dimulai bulan Juli mendatang. Karena tidak ada kepastian ini pula ia juga belum bisa memastikan berapa kopi Pupuan yang bisa di ekspor. ‘’Permintaan sudah ada. Kami pun sudah mengirim sampel. Tetapi mengenai berapa permintaan yang bisa dipenuhi belum bisa dipastikan,’’ jelasnya.

Beberapa waktu lalu Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Tabanan, Dewa Ketut Budidana Susila, mengatakan pada tahun 2016 dari dua kontainer permintaan ekspor yang di minta, petani hanya mampu memenuhi satu kontainer. Pada tahun 2017 ini permintaan meningkat menjadi 3 kontainer. Berdasarkan data tahun 2016, di Pupuan dari 39 subak abian tercatat luas tanaman kopi robusta mencapai 9586,31 hektar dimana dari luasan tersebut 822,45 hektar masuk dalam tanaman yang belum menghasilkan, 8.197,91 hektar tanaman menghasilkan dan  1134,27 hektar tanaman tidak menghasilkan atau tanaman rusak. Sementara jumlah kopi robusta yang dihasilkan tahun 2016 adalah 6.101,61 ton.

Baca juga:  Perkenalkan Fasilitas, Pengolahan Kopi di Sentra IKM Belum Dipungut Biaya

Mengingat potensi  ekspor kopi robusta Pupuan besar, pemkab Tabanan mengadakan program untuk meningkatkan kualitas dan kestabilan produksi kopi Pupuan yaitu dengan mendorong petani kopi robusta di Pupuan yang terdiri dari 39 subak abian mengikuti sertifikasi  MPIG (Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis) Kopi Robusta Pupuan Bali. Penilaian sertifikasi ini sudah berlangsung dan saat ini sedang menunggu hasilnya.

Menurut Dewa Budi, persiapan dalam menjalani sertifikasi MPIG ini sudah disiapkan sejak tahun 2015 lalu. Dengan mendapatkan sertifikat maka komitmen petani serta perlindungan produksi kopinya akan terjaga. ‘’Dalam sertifikasi juga dimuat didalamnya tidak boleh ada pengalihan fungsi lahan. Jadi tanaman kopi harus dipertahankan sehingga menjaga produksi ke depan,’’ jelas Dewa Budi.

Baca juga:  Dilanda Kekeringan, Petani Abuan Terancam Gagal Panen

Setelah mendapatkan sertifikat MPIG, pihak Dinas Pertanian akan melakukan pelatihan tenaga penjaga mutu sehingga mutu kopi robusta yang di ekspor bisa di nilai dan dijaga kualitasnya sehingga aman dan bisa dipertanggungjawabnya saat di ekspor ke depan. (wira sanjiwani/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *