SEMARAPURA, BALIPOST.com – Dunia seni lukis klasik Wayang Kamasan, kehilangan salah satu maestro Ni Made Suciarmi. Pelukis wanita pertama khas Kamasan ini, berpulang setelah sempat menderita sakit jantung disertai stroke. Upacara pengabenannya telah dilaksanakan Senin (6/1), diiringi warga Banjar Sangging Desa Kamasan, bersama dengan putra dan putrinya serta menantu dan cucunya.

Ditemui disela-sela prosesi pengabenan almarhum di Setra Bugbugan, Desa Adat Gelgel, Klian Banjar Sangging, Ketut Suparna mengakui, bahwa Kamasan kehilangan salah satu tokoh yang giat melestarikan lukisan klasik khas Kamasan. Dia meninggal dengan segudang penghargaan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, atas eksistensinya dalam menekuni seni lukis yang cukup mendunia ini.

Baca juga:  Ini, Pesan Terakhir Gunarsa Sebelum Meninggal

Salah satu putrinya Ni Wayan Mariani (55) yang kini menjabat Ka UPT Bapelkesmas Dinas Kesehatan Provinsi Bali, ibunya meninggal pada usia 87 tahun lebih karena mengalami masalah cukup lama pada kesehata jantungnya dan menderita stroke. Sang maestro dikatakan sudah berpulang tepat pada 1 Januari 2020 lalu di RSUD Klungkung.

Kondisi serupa juga dibenarkan anak lainnya, AKBP Ni Ketut Manik, yang kini menjabat sebagai Kepala Sekretariat Umum Polda Bali. Suciarmi dikenal sebagai seorang maestro seni lukis klasik khas Kamasan di Banjar Sangging, setelah era almarhum Nyoman Mandra, yang dikenal cukup legendaris.

Baca juga:  Pembangunan Pelabuhan Sampalan-Nusa Penida Capai 51 Persen

Bakat melukis Suciarmi terlihat setelah melihat hasil karya-karya pengelingsirnya terdahulu. Setelah di berikan melukis, dia terus bekarya membuat lukisan.

Bahkan lukisan pertama kali dia buat menceritakan Tapa Bima. Hal ini membuatnya semakin senang melukis.

Sudah ribuan lukisan yang dia buat sendiri. Bahkan sudah ada sejumlah lukisan yang dipamerkan di luar negeri. Khususnya yang menceritakan cerita pewayangan Ramayana, Mahabarata, Sutasoma, Gatot Kaca.

Baca juga:  Volume Sampah Naik, DLHP Klungkung Maksimalkan Ini

Selain membuat lukisan pewayangan, Suciarmi juga pernah membuat lukisan cerita rakyat Jawa yang dinamai Malat. Lukisan itu pun yang dibuat tahun 1968 masih terpajang di rumahnya.

Dengan keahliannya melukis, Suciarmi juga mendapat penghargaan dari Gubernur Bali termasuk Presiden RI, Soeharto pada zaman orde baru. Sejak tahun 2011, dia terpaksa berhenti melukis karena sakit asam urat. Tangannya sendiri tidak bisa bebas menggurat lukisan wayang karena sudah gemetar. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *