DENPASAR, BALIPOST.com – Bali memiliki hutan tropis yang kaya dengan tanaman ficus. Ada sekitar 400 jenis ficus, di antaranya beringin dan pohon ara. Ficus ini memiliki peran vital dalam kehidupan. Ibarat orang membuat jembatan, ficus itu adalah keystone atau batu kancing.
Dosen tamu di FK Unud dan Oxford University di bidang pertanian lingkungan agroecology, Dr. I Made Setiawan, mengatakan beringin salah satu jenis ficus memiliki daun yang lebat, akar dan ranting yang banyak. Ini sebagai penyedia pakan yang berlimpah bagi keragaman hayati.
Bahkan, masyarakat Bali memosisikan beringin sebagai tanaman sakral dan sebagai batu kunci kehidupan. Kenapa jenis ficus seperti pohon ara dan beringin ini sangat penting?
“Sebagian besar jenis ficus, salah satunya buah ara merupakan sumber makanan penting bagi sejumlah hewan pemakan buah (frugivora). Pohon-pohon ara dan beringin merupakan spesies kunci (keystone species) di banyak ekosistem hutan hujan tropis,” ujar pria lulusan S-1 Sastra Inggris Unud, S-2 Medical Anthropology University of Amsterdam, dan S-3 Public Health University of Illinois at Chicago ini.
Lelaki asal Karangasem ini mengatakan, masa berbunga dan berbuah tanaman ficus berbeda satu dengan yang lainnya. Misalnya ficus A dan B berbuah bulan November, ficus C dan D berbuah bulan berikutnya.
Dengan demikian, hewan atau burung selalu mendapatkan makanan. Makanan selalu tersedia sepanjang masa. Itu artinya jika tanaman ficus ini selalu terjaga kelestariannya, binatang seperti monyet tidak akan keluar dari hutan, dan tidak akan merusak tanaman petani. Hutan rusak karena karena ficus ditebang.
Konsultan pertanian lingkungan ini menambahkan, fungsi ficus dalam hal ini beringin, terhadap ketersediaan air sangatlah penting. Air hujan diresapkan ke tanah kemudian dialirkan melalui sungai-sungai.
Beringin daunnya berkanopi besar, banyak menghasilkan oksigen dan gas lainnya.
Kaitannya dengan pertanian, selain penyedia air, beringin menyiapkan habitat pengontrol hama seperti ular dan burung. Hama tikus bisa diminimalisasi karena dimakan ular dan burung hantu. Daun beringin yang gugur bisa dijadikan pupuk penyubur tanaman. Tanah menjadi lembab, sehingga jamur tumbuh. Air tersedia, hama terkendali, tanaman subur dan berproduksi maksimal, petani menjadi pakedek pakenyung.
Dikatakan, bagi masyarakat Hindu di Bali, pohon beringin juga mendapat posisi penting. Daun beringin, kulit dan bangsingnya digunakan umat untuk upakara.
Terkait dengan global warming, beringin dan pohon ara juga memiliki peran vital. Hutan yang rusak karena ulah manusia, akan segera pulih dengan tumbuhnya beringin. Sebab, pohon beringin rumah bagi burung-burung pemakan buah. Buah yang dimakan burung, kemudian bijinya akan tumbuh di kawasan hutan. Maka, ada tanaman baru yang tumbuh.
Hutan pun kembali lebat. Hutan lebat sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Tersedia oksigen yang berlimpah, air pun tetap tersedia. Terpeliharanya hutan dengan baik, salah satu wujud visi ‘’Sad Kerthi Loka Bali’’ yakni wana kerthi. (Subrata/balipost)