Warga Desa Adat Batuaji Kawan membuat kerajinan ingka. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Lahan sawah membentang luas. Pepohonan menghijau. Para petani sibuk dengan kerja rutinitas. Selain bertani, ada warga yang menggeluti kerajinan membuat ingka dari lidi daun kelapa.

Suasana perdesaan sangat kental. Pertanian dan kerajinan itulah merupakan potensi unggulan Desa Adat Batuaji Kawan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Bagaimana desa adat ini mengembangkan potensi ekonomi dan upaya apa yang dilakukan untuk menyukseskan program prioritas Pemprov Bali dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Mewujudkan Bali Era Baru?”

Desa adat berpenduduk 437 KK ini memiliki potensi yang luar biasa di bidang pertanian, terutama lahan basah. Namun sayang, karena debit air irigasi sangat kecil dan harus berbagi untuk air minum, tidak semua areal pesawahan yang dimiliki bisa dimanfaatkan secara maksimal. Sebagian besar juga tergantung pada hujan. Meski demikian, masyarakat tidak patah semangat. Kini mereka beralih ke pertanian lahan kering atau hortikultura.

Bendesa Adat Batuaji Kawan I Wayan Nurjana menyampaikan, Desa Adat Batuaji Kawan terdiri atas lima banjar adat yakni Banjar Adat Batuaji Kawan Kaja, Batuaji Kawan Kelod, Payuk Bangkah, Sembung Meranggi, dan Sembung Kumpi. Mayoritas warganya bekerja di sektor pertanian.

Baca juga:  Wali Kota Medan Undang Pelaku Ekonomi Digital Bali Kolaborasi

Namun, dalam menggarap potensi agraris ini, yang menjadi kendala adalah masalah air. Air irigasi subak tidak lancar, debit air mulai berkurang karena juga berbagi untuk kebutuhan air minum yang dikelola oleh PDAM.

Di Desa Adat Batuaji Kawan, kata Nurjana, ada dua subak yakni Subak Caguh dan Subak Anyar Kumpi. ‘’Untuk irigasi, sumber airnya dari mata air Gembrong dan di hulu sumber air subak sebagian sudah dikelola oleh PDAM. Sekarang lebih banyak berharap dari air hujan,’’ terangnya, Senin (3/2). Meski demikian, untuk bisa tetap menjaga potensi yang ada, sebagian warga Desa Adat Batuaji Kawan ada yang mengintensifkan di sektor peternakan, perkebunan dan pertukangan.

‘’Yang ada sekarang kecenderungan pertanian basah sebagai sambilan, dan sudah banyak sawah yang beralih fungsi jadi tegalan. Termasuk punya saya sendiri sudah jadi tegal,’’ terangnya.

Baca juga:  Tari Gandrung Ketapian Kelod, Berawal dari Adanya Gerubug

Diakuinya, menjaga potensi pertanian ini sangat berat di tengah ancaman pengembangan perumahan yang kian marak. ‘’Tapi syukur kami di desa adat sampai saat ini masih bisa menjaga potensi ini dengan pararem di tiap-tiap banjar adat yang kuat, masih bisa membendung sampai saat ini,’’ ucapnya.

Kerajinan “Ingka”

Selain pertanian, Desa Adat Batuaji Kawan juga memiliki potensi kerajinan ingka. Bahkan sudah terbentuk kelompok-kelompok sentra industri pembuatan ingka. Pemasarannya pun sudah sampai di wilayah Denpasar dan daerah lain. “Namun kerajinan ingka ini juga terkendala bahan baku, karena mendatangkan lidi dari daerah Negara, Jembrana,” terangnya.

Menjawab pertanyaan Wartawan Utama Bali Post Satria Naradha terkait program Pemprov Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” saat sosialisasi program tersebut di Wantilan Desa Adat Penarukan, Selasa (28/1) lalu, Nurjana mengatakan, pihaknya saat ini sedang menata ke arah itu. Semua masih dalam proses, karena ini merupakan program baru. Program prioritas adalah penataan Pura Kahyangan Desa, masalah sampah, LPD dan lain sebagainya.

Baca juga:  Durian Kunyit dan Gondo Menjadi Varietas Unggulan Tabanan

Pihaknya menyambut baik program Gubernur Bali dan sangat mendukung terutama terkait penggunaan busana, bahasa dan aksara Bali. Ini sekaligus mendukung kegiatan pasraman yang telah dilakukan di Desa Adat Batuaji Kawan yang memang khusus menyiapkan tutor bahasa Bali. “Ternyata memang banyak yang tidak tahu bahasa Bali dan dianggap sulit daripada pelajaran matematika,” terangnya.

Salah satu program prioritas Pemprov Bali untuk melestarikan kesenian wali, bebali dan balih-balihan, desa adat mewajibkan setiap pujawali di Pura Kahyangan, krama ngaturang ayah tari Rejang. Terkait pembangunan TK/PAUD bernuansa Hindu, pihaknya akan berkoordinasi dengan desa dinas. Pihaknya akan bekerja sama dalam pembentukan lembaga pendidikan tersebut. Terkait Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA), pihaknya akan melakukan studi banding terkait potensi apa yang akan digarap nantinya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN