TABANAN, BALIPOST.com – Seni budaya, potensi besar dimiliki Desa Adat Penarukan Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Di desa ini ada sejumlah kesenian tradisi yang tetap lestari. Potensi itulah yang akan dipakai mendukung pengembangan desa wisata. Saat ini desa tersebut terus berbenah diri untuk bisa mengantongi SK desa wisata di tahun 2025 mendatang.
Hal ini tentunya sejalan dengan program Pemprov Bali ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ mewujudkan Bali Era Baru. Salah satunya memaksimalkan potensi desa adat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Keberadaan desa wisata nantinya akan dimasukkan dalam Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA).
Bendesa Adat Penarukan Ida Bagus Tenaya mengatakan, saat ini baik adat maupun dinas tengah berkolaborasi memanfaatkan potensi seni dan budaya serta keunikan yang dimiliki untuk bisa dikembangkan sebagai konsep yang dirasa pas untuk bisa mewujudkan desa wisata.
Desa Adat Penarukan memiliki 740 KK adat. Sebagian besar warganya memiliki profesi di bidang ekonomi produktif, pengusaha dan tukang bangunan. Potensi di sektor pertanian juga cukup besar dengan luas lahan mencapai 55 hektar.
Potensi seni budaya dan potensi ekonomi yang dimiliki Desa Adat Penarukan tidak kalah dengan desa lainnya. Misalnya di bidang kesenian, Desa Adat Penarukan tengah berupaya membangkitkan kembali kesenian lama dengan menggandeng para generasi muda dalam wadah kreasi Yowana, Ananta Winangun. “Potensi seni Desa Adat Penarukan sangat besar. Tiap-tiap banjar memiliki cerita Calonarang dengan judul dan ikon yang berbeda. Seni tradisional lainnya seperti Topeng Sidakarya dan Geguntangan,” ujarnya.
Selain juga memiliki potensi seni ukir. Bahkan style ukiran Penarukan berbeda dengan jenis ukiran lainnya.
Di bidang ekonomi, Desa Adat Penarukan mampu menjadi nomor satu di tingkat Kecamatan Kerambitan untuk capaian aset LPD sebesar Rp 44 miliar dan nomor tujuh di tingkat kabupaten. ‘’Semua ini tidak terlepas dari kepercayaan warga, selain juga didukung oleh aktivitas ekonomi masyarakatnya di samping pertanian juga kegiatan ekonomi produktif berupa kelompok-kelompok usaha pedagang garam, kelompok usaha jajan upakara, dan juga ada kelompok serati banten,’’ terangnya.
Mengingat Desa Adat Penarukan menjadi pelintasan ke objek wisata Kelating, pihaknya punya rencana jangka panjang menjadi desa wisata. Konsep yang rencananya ‘’dijual’’ yakni mempersiapkan hunian home stay dikombinasikan pertunjukan pentas seni tari dan jamuan makan malam, di samping atraksi tradisional seperti matekap, dan kunjungan kepada kube-kube kesenian ukir.
Juga mempunyai beberapa tempat unik yang bisa dijual dalam paket pariwisata, seperti keberadaan Pura Kahyangan Tiga (Pura Puseh, Pura Dalem dan Prajapati) yang berada dalam satu areal. Juga beberapa tempat sakral yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yoga/semadi.
Selain itu, Desa Adat Penarukan juga memiliki keunikan lain yakni magaleng setra (setra di hulu), mateben pura atau pura khayangan tiga berada di teben/hilir, di samping juga terdapat jala duara (sumber air yang tidak putus-putus). Jala duara ini mempunyai sejarah khusus terkait perjalanan Raja Tabanan membangun puri di Kerambitan yaitu pancoran/beji Pererenan.
Pihaknya sangat mengapresiasi positif kegiatan sosialisasi program Gubernur Bali ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ mujudkan Bali Era Baru. ‘’Materi sosialisasi dan pelatihan memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adat pada umumnya saat ini, dan kami atas nama desa adat mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya acara ini,’’ ucapnya. (Puspawati/balipost)