Air Terjun Toroan, Madura. (BP/Karya Gunarto Song)

DENPASAR, BALIPOST.com – Mengabadikan keindahan air terjun merupakan aktivitas yang sangat menantang bagi seorang fotografer, khususnya fotografer yang menekuni landscape photography. Untuk mendapatkan foto air terjun yang dramatis dan layak diapresiasi, tentunya tidak sekadar jepret saja.

Namun, memerlukan teknik tertentu yang didukung oleh peralatan khusus. Peralatan yang wajib disiapkan saat hunting air terjun selain kamera dan lensa wide (lebar), di antaranya tripod yang kokoh,  filer neutral density (ND) dan circular polarizer (CPL). Saat memotret air terjun, lensa yang sangat direkomendasikan adalah lensa wide dengan focal lenght 16-35 mm atau 17-40 mm.

Tipe lensa ini akan menciptakan kedalaman atau kesan tiga dimensi dalam foto. Kesan itu makin mencuat dalam komposisi vertikal dengan memasukkan unsur lingkungan seperti bebatuan yang ada di sekitar air terjun.

Untuk mendapatkan air terjun yang halus atau lembut seperti kapas, dibutuhkan shutter speed yang lambat, sekitar 1/4 detik hingga 2 detik. Semakin lambat shutter speed-nya, maka tampilan air terjun akan semakin halus.

Baca juga:  Bali Perlu Dua Bandara
Curug Parigi, Bekasi. (BP/karya Gunarto Song)

Tentunya, saat menggunakan shutter speed yang lambat ini kita memerlukan bantuan sebuah tripod yang kokoh untuk menyangga kamera. Penggunaan tripod ini untuk memastikan foto kita tidak blur karena shutter speed yang lambat.

Remote shutter release juga bisa digunakan sebagai perangkat tambahan pada kecepatan tersebut. Penggunaan remote shutter release ini mampu mengeliminasi setiap getaran pada kamera ketika jari menekan tombol shutter sehingga lebih menjamin terciptanya gambar yang tajam.

Selanjutnya, setting bukaan atau aperture kamera pada angka f/11 atau f/16. Dengan aperture sekecil itu, seluruh pemandangan akan terlihat tajam. Hindari aperture yang terlalu kecil seperti f/22 atau f/32 karena kualitas foto akan berkurang karena difraksi lensa. Untuk ISO, sebaiknya memakai ISO yang paling rendah pada kamera (ISO 100) agar kualitas foto lebih optimal.

Penggunaan Filter

Saat memotret air terjun pada kondisi cuaca yang terang, seringkali kombinasi aperture, shutter speed dan ISO seperti yang dianjurkan tersebut masih menghasilkan foto yang terlalu terang. Jika itu terjadi, maka diperlukan filter ND yang berfungsi untuk menyerap cahaya lebih banyak sehingga exposure atau pencahayaan menjadi pas.

Baca juga:  Soal Pungutan Wisatawan Asing, Ini Penegasan Pj Gubernur Bali terkait Penggunaannya
Air Terjun Benang Kelambu, Lombok. (BP/Karya Gede Sudika Pratama)

Filter ND ini ada yang menggelapkan 1 stop sampai 10 stop cahaya. Dalam kondisi seperti ini, minimal menggunakan filter ND 3 stop atau disebut juga filter ND8. Filter lain yang bisa membantu yaitu CPL. Filter ini berfungsi untuk mengurangi refleksi cahaya sehingga foto menjadi lebih bagus.

Langit biru akan semakin biru dan refleksi cahaya ke air atau ke bebatuan di sekitar air terjun akan hilang atau berkurang. Filter ini juga menyerap cahaya sebanyak kurang lebih 2 stop cahaya sehingga membantu mendapatkan setting aperture, shutter speed dan ISO yang dibutuhkan.

Dengan menggunakan aperture yang kecil saat memotret air terjun, bagian yang tajam pada foto menjadi luas. Untuk fokus, kita bisa memilih untuk fokus ke air terjun atau bebatuan yang ada di sekitar air terjun. Pemilihan fokus ini tergantung selera, atau bagian mana yang ingin ditonjolkan atau terlihat paling tajam di foto.

Baca juga:  Tips Mencegah Kekerasan pada Anak

Untuk komposisi, bisa dipilih komposisi horizontal maupun vertikal. Tentunya, pemilihan komposisi ini akan menciptakan “rasa” yang berbeda sesuai yang diinginkan sang fotografer. Komposisi horizontal cenderung mencuatkan suasana air terjun terasa lebih tenang dan stabil. Sedangkan komposisi vertikal memberikan kesan dinamis dan cepat.

Air Terjun Tiu Kelep, Lombok. (BP/Karya Gede Sudika Pratama)

Saat memotret air terjun, jangan lupa memasukkan elemen-elemen menarik yang ada di sekitar air terjun ke dalam frame seperti bebatuan, pohon, dan dedaunan. Bahkan, kita juga bisa bereksprimen dengan memadukan teknik framing dan foreground untuk menciptakan foto-foto air terjun yang lebih dramatis dan ekspresif. Selamat mengabadikan keindahan air terjun. (Wayan Sumatika/balipost)

BAGIKAN