DENPASAR, BALIPOST.com – Istilah low tide tentunya bukan hal yang asing bagi fotografer landscape yang memuja keindahan pemandangan laut (seascape). Istilah ini sangat berkaitan dengan fenomena pasang surut atau peristiwa naik/turunnya air laut akibat pengaruh bulan dan matahari.
Saat di mana air laut naik disebut high tide (pasang), sedangkan penurunan air laut disebut low tide (surut). Mayoritas fotografer pencinta seascape umumnya sangat menanti-nantikan momen low tide ini untuk menciptakan foto-foto pemandangan laut yang eksotik dan dramatis.
Saat low tide, misalnya, seorang fotografer bisa meng-capture keindahan rumput laut yang tersangkut di batang-batang pohon mangrove lapuk yang seolah-olah membentuk jaring laba-laba raksasa. Tak kalah menariknya, hamparan pasir bertekstur yang tercipta dari jejak-jejak kikisan air laut juga menciptakan pesona yang sangat dramatis.
Pada saat low tide biasanya juga muncul genangan air di sela-sela gugusan karang yang bisa dieksplorasi untuk mendapatkan refleksi yang cantik. Ingat selalu kembangkan imajinasi dan kreativitas untuk menghasilkan foto-foto low tide terbaik.
Cuaca merupakan elemen penting dalam fotografi pemandangan, begitu juga dengan seascape saat low tide. Langit yang cerah, awan yang dramatis, langit mendung, merupakan kondisi-kondisi yang akan memberikan hasil berbeda dalam foto. Maka susunlah rencana pemotretan dengan memperhatikan pasang surut dan cuaca pada waktu yang tepat sehingga berhasil mendapatkan gambar terbaik.
Persiapkan Peralatan
Setelah menentukan waktu yang tepat, selanjutnya persiapkan peralatan fotografi yang mendukung untuk pemotretan. Keberadaan tripod yang kuat dan kokoh adalah pilihan yang utama. Fungsi dari tripod salah satunya untuk penggunaan slow shutter speed dengan hasil foto yang maksimal. Siapkan juga filter Gradual Neutral Density (GND) dan Neutral Density (ND).
Filter GND yang menjadi rekomendasi adalah GND Hard dan GND Reverse, di mana filter ini digunakan terutama saat sunrise atau sunset. Sedangkan filter ND digunakan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke sensor kamera. Filter ini memungkinkan kita menggunakan shutter speed yang lebih lama.
Filter ND 6 dan 10 stop adalah dua jenis filter ND yang direkomendasikan. Penggunaan shutter remote juga sangat disarankan untuk mempermudah penggunaan speed yang sangat rendah sampai dengan bulb dan menghilangkan getaran dari jari saat menekan tombol shutter kamera.
Setelah semua peralatan siap, setting kamera dari ISO yang paling rendah di kamera (ISO 100) untuk meminimalisasi kemunculan noise. Pengaturan aperture antara F8.0 – F16 sudah mampu menghasilkan gambar yang tajam.
Sedangkan untuk pengaturan shutter speed sangat tergantung pada momen seperti apa yang diinginkan. Jika ingin membekukan (freeze) pergerakan air, maka gunakan shutter speed cepat. Namun jika ingin mengambil pergerakan air (motion), gunakan shutter speed yang lebih lambat.
Shutter speed antara ¼ – 2 detik dapat menangkap pergerakan air. Lebih dari itu biasanya memberikan kesan silky effect pada air yang bergerak sehingga pergerakan (motion) air tidak tertangkap kamera. Namun ini juga bergantung pada kecepatan dari air tersebut.
Ingat, usahakan datang ke spot lebih awal. Hal ini akan memungkinkan kita punya banyak waktu untuk mengatur kamera, termasuk mencari angle terbaik untuk pemotretan. Saat low tide, memotret dengan posisi low angle merupakan pilihan dan cara yang cukup ampuh untuk mendapatkan foto yang menarik.
Setelah mengatur low angle, carilah komponen untuk foreground. Misalnya, memanfaatkan bebatuan, batang kayu, rumput laut dan biota laut yang dijumpai di lokasi pemotretan sebagai foreground. Keberadaan foreground sangat vital untuk memperkuat sense of the depth of field atau sense of distance dan sense of scale sehingga kesan tiga dimensi akan muncul dalam foto. Akhirnya, selamat mengabadikan pesona low tide! (Wayan Sumatika/balipost)