Seorang warga sedang membersihkan kandang babinya. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus kematian babi di sejumlah daerah menjadi kekhawatiran masyarakat banyak. Terlebih ada dugaan babi yang mati tersebut terjangkit virus ASF, meski sampai saat ini belum ada hasil final pemeriksaan laboratorium.

Kepala Dinas Pertanian Denpasar I Gede Ambara Putra didampingi Kabid Sugiri, Selasa (11/2), menyatakan, upaya yang bisa dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap serangan virus yakni menjaga kebersihan kandang atau bioscurity kandangnya.

Baca juga:  Pascaperayaan Galungan, Volume Sampah di Denpasar Meningkat 20 Persen

Selain itu, lalu lintas ternak lain tidak boleh ada karena virus itu menular. Bahkan, manusia yang datang ke kandang pun bisa menjadi perantara. Karena itu, beberapa peternak menolak petugas masuk ke kandangnya, karena sudah sempat ke kandang lain. “Dari bangsung pun penyakit itu bisa menular,” ujar Ambara.

Meski kasus kematian babi cukup banyak, kondisi pemotongan babi di RPH masih stabil. Belum ada penurunan jumlah pemotongan hewan, termasuk babi di rumah potong Denpasar. Apalagi penyakit ini tidak menular ke manusia sepanjang dagingnya dimasak dengan baik.

Baca juga:  Langkah Gubernur Koster Larang Kantung Plastik Sekali Pakai Diapresiasi Internasional

Harga daging babi di Denpasar juga masih aman. Harga babi dengan makanan kering dipatok Rp 26.000 per kilogramnya. Bila babinya makanan basah (dimasak) harganya Rp 24.000 sampai 25.000 per kilogram. (Asmara Putra/balipost)

BAGIKAN