Pedagang daging babi sepi pembeli di pasar tradisional di Klungkung. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kekhawatiran pedagang terhadap dampak dugaan virus ASF (African Swine Fever) menyerang babi, mulai memuncak menjelang hari raya Galungan. Harga daging babi turun drastis. Turunnya minat masyarakat mengkonsumsi daging babi juga membuat penjualan daging babi anjlok.

Lesunya penjualan daging babi terjadi hampir di seluruh pasar tradisional di Klungkung. Padahal Galungan sesungguhnya menjadi momen buat pedagang babi meraup keuntungan. Tetapi itu sia-sia karena masyarakat takut mengkonsumsi daging babi, meski sudah berkali-kali disampaikan dinas terkait bahwa virus ASF tidak menyerang manusia.

Baca juga:  Tanpa Masker, Dilarang Masuk Pasar Senggol Klungkung

Salah satu penjual daging di Pasar Umum Galiran, Nyoman Wati, Rabu (12/2), mengatakan, berbagai upaya sudah dilakukannya untuk menarik minat pembeli membeli daging babi. Ia sampai menurunkan harga dari Rp 65 ribu untuk jenis daging pilihan terbaik menjadi Rp 60 ribu per kg. Bahkan, ada pedagang yang menjual daging babi Rp 55 ribu per kg, tetapi respons pasar tetap lesu.

Baca juga:  Banyak Pasar Jadi Klaster COVID-19, Ketersediaan Bahan Pokok Belum Terpengaruh

“Kata pembeli, mereka takut mengkonsumsi daging babi karena isu virus. Sudah dijual murah, tetap saja tidak ada yang beli,” kata Wati. Ia berharap ada petugas dari dinas terkait melakukan pengecekan ke pasar, sehingga pedagang bisa memberikan kepastian kepada pembeli bahwa dagingnya tidak terkontaminasi virus ASF.

Pedagang lainnya Komang Arini juga mengeluhkan situasi serupa. Ia mengaku bingung karena memotong satu ekor babi saja, dagingnya tidak habis terjual.

Baca juga:  BRI Kembali Raih Penghargaan Bergengsi Asiamoney

Penjual bibit babi ikut dibuat pusing, lantaran lesunya pasar babi dalam sepekan terakhir. Salah satu penjual bibit babi, Nengah Sita, mengatakan umumnya bibit babi bisa laku per ekor Rp 1 juta, sekarang hanya Rp 800 ribu per ekor.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida, pengecekan ke kandang peternak babi sudah rutin dilakukan sebelum kemunculan virus ASF. Dari 50 lokasi peternakan babi, belum ada ditemukan babi terinfeksi virus ini. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN