DENPASAR, BALIPOST.com – Dihentikannya perjalanan dari dan menuju Tiongkok akibat virus Corona sangat dirasakan oleh pelaku industri pariwisata di Bali. Hal tersebut berakibat penurunan okupansi hotel ataupun vila.
Namun, adanya isu pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan di kalangan pariwisata tidak akan terjadi. “Kami semua mengklaim karyawan itu adalah aset. Kalau ada musibah semua bisnis drop dan rugi, pemasukan pemerintah dari Pajak Hotel dan Restoran (PHR) juga drop, karyawan mendapatkan service charge yang minim bahkan bisa dicutikan,” kata Ketua Bali Villa Association (BVA) Bali Gede Ricky Sukarta, Senin (10/2).
Meski demikian, Ricky Sukarta hanya bisa mengimbau anggota BVA untuk tidak memberhentikan karyawan dalam situasi pariwisata yang lesu ini. Ada tiga hal yang mesti dilakukan, pertama melakukan evaluasi terhadap target bisnis khususnya okupansi, budget juga perlu dievaluasi dan membuat rencana selama tiga bulan ke depan. “Kalau sampai April, Mei hingga Juni kondisi pariwisata tetap lesu, maka pada saat membuat budget, melakukan evaluasi lagi, maka target okupansi dan average room kita bisa turunkan,” sebutya.
Cara kedua, lanjut GM Villa Kayu Raja ini, dengan cara berbenah diri melakukan penataan di segala bidang. Ketiga, dengan melakukan pelatihan-pelatihan untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul. “Bisnis pariwisata itu mengutamakan pelayanan, personal attachment. Mulai besok, kami melakukan training development, review standard prosedure, visi misi sebagai salah satu cara menyemangati staf. Kuncinya, owner harus tahu semua itu,” paparnya.
Hal senada juda dikatakan Nyoman Astama, Chairman Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Chapter. Pengelola hotel dan vila berkomitmen untuk tidak memberhentikan karyawannya. “Kami tidak mungkin memberhentikan karyawan, apalagi yang sudah tetap,” ungkapnya.
Hanya untuk karyawan harian, kemungkinan ia tidak mengadakan permintaan harian lagi. Saat ini IHGMA memiliki sebanyak 4.740 kamar dengan jumlah karyawan yang hampir sama, yakni 4.700-an orang.
Sementara member berjumlah 150 general manager (GM) yang mengelola hotel dan vila, mulai dari hotel bintang 3 hingga bintang 5. “Ditutupnya beberapa penerbangan itu, khususnya di member IHGMA terjadi penurunan okupansi hotel ataupun vila antara 10–20 persen,” ungkapnya.
Walau tamunya sepi, jelas Managing Director Pacific Holkiday DMC ini, hotel tetap melakukan operasional dengan meningkatkan pemeliharaan kebersihan lingkungan hotel serta efisiensi. Kegiatan kebersihan serta penataan dilakukan dalam suasana jeda itu.
Selain itu, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil Day Off Payment (DP) libur tambahan. “DP itu merupakan akumulasi libur pada karyawan karena bekerja pada hak liburnya. Seorang karyawan bisa memiliki DP yang banyak, sehingga pada situasi pariwisata turun seperti ini kami mendorong untuk mengambil DP itu,” ucapnya. (kmb/balipost)