Peternak menyemprot kandang babinya. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Di Kecamatan Marga, jumlah babi mati mendadak terdata mencapai 100 ekor lebih. Namun, angka itu dikatakan Camat Marga, Gusti Alit Adiatmika, Rabu (12/2) terus bertambah.

Pasalnya, hampir tiap hari masih ada saja laporan babi mati di Marga. “Jumlah pastinya masih terus didata karena setiap hari masih saja ada laporan babi mati,” ucapnya.

Kondisi ini juga diakui I Putu Suarka, peternak dari Banjar Cau Belayu. Ia mengatakan hampir 80 persen ternak di banjarnya mati. Ia berharap pemerintah di Kecamatan Marga memasang jaring di jembatan Cau Belayu-Sangeh, untuk mengantisipasi adanya pembuangan limbah babi mati maupun sampah ke lokasi tersebut. “Karena sudah 80 persen ternak di banjar Cau Belayu mati, jadi kami minta tolong agar jembatan tersebut bisa diberikan jaring,” ucapnya.

Baca juga:  Corona Merebak di Cina, Festival Perayaan Imlek Tetap Digelar 

Begitupun peternak asal Banjar Tegal Jadi, Putu Setiawan, yang menilai Dinas Pertanian terkesan lamban menangani kasus ini. “Kasus ini pertama kali muncul bulan Desember di desa Jegu Penebel, akhirnya menyebar sampai Februari ke sejumlah kecamatan, dan dinas terkait seakan hanya sebagai penonton, tindakan riil tidak ada untuk pencegahan,” ucapnya.

Untuk menghilangkan trauma masyarakat makan daging babi, Camat Marga berinisiatif menggelar makan babi guling bersama di ruang rapat kantor Camat Marga, Kabupaten Tabanan, Rabu (12/2). Acara yang dihadiri anggota Dewan asal Marga Putu Eka Nurcahyadi ini juga dimanfaatkan untuk sosialisasi bahwa daging babi aman untuk dikonsumsi.

Baca juga:  Diduga Kram, Pemuda Tewas Tenggelam

Saat ini, kata Alit, babi hidup sehat di tingkat peternak anjlok di kisaran Rp 10 ribu per kilogram di tangan bakul atau saudagar babi. “Kami khawatir pas jelang Galungan harga bisa turun lagi,” terangnya.

Dalam kesempatan itu juga disepakati tabel harga jual babi hidup di harga Rp 26 ribu perkilogram. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN