Ilustrasi. (BP/Tomik)

Bencana ekologi terus mengintai Bali. Penyebabnya tiada lain ketidakadilan dan minimnya perhatian terhadap pengelolaan alam. Sudah banyak bukti pembangunan tak terkontrol dan liar yang justru dibiarkan.

Kesan selama ini, Bali cenderung bergerak pada kepentingan ekonomi tanpa melihat dampaknya terhadap keseimbangan lingkungan. Netizen melalui akun Facebook @balipost menyampaikan keresahannya dan berharap ada penanganan secara masif dan terstrukur atas berbagai kerusakan alam Bali. Pariwisata boleh saja sektor andalan, tetapi tak pantas didewakan.

Sikap permisif atas nama pengembangan pariwisata mesti ditanggalkan. Hal ini mengingat daya dukung lingkungan Bali sudah sangat terbatas. Ubah ritme di era baru.

Saatnya seluruh komponen terutama pemerintah berinvestasi besar di bidang lingkungan. Susun dan laksanakan program yang konsisten memelihara ekosistem. Jangan biarkan jargon bela lingkungan jadi sampah sejarah karena tak pernah diimplementasikan. Berikut sejumlah komentar netizen.

Baca juga:  Bali-Tiongkok Menuju Era Baru

Dek Baliaga

Betul sekali, tolonglah Bali terutama Badung jangan hanya mikir yang penting uang. Lihatlah ke depan dan begitu juga dengan sampah. Bila perlu ditelusuri dari mana saja sampah itu dan apa saja. Bali padat, penduduk harus ikut menjaga dan melestarikan gumi Bali.

Dek Shinobi

Bali sudah rusak. Makanya turis mancanegara sepi. Jalur hijau padahal ada tanda larangannya, masih ada bangunan. Sampah padahal sudah ada solusi, tetapi dibuat ruwet.

Rajesh Aishwaryasya Mahavira

Perlu ada filter, jaring dan sejenisnya atau sejenis bendungan filterisasi sampah dan sejenisnya pada setiap muara atau aliran sungai menuju pantai di seluruh Bali. Agar sampah tidak bermuara di laut terutama bila hujan lebat dan aliran sungai deras yang pastinya membawa dampak sampah. Semoga ke depan menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah untuk dapat dialokasikan secara bertahap dan dapat terealisasi.

Baca juga:  Menjaga Desa Adat

Endar Setiawan

Pemda Bali dan masyarakat kebanyakan cenderung teriak soal pelestarian budaya, adat, dan agama, sehingga lupa akan pelestarian alam Bali. Lupa kalau alam juga bagian dari budaya.

Imade Umbarayana

Sudah pasti. Hutan ‘’diperkosa’’ salah satunya di Jembrana, daerah asalku.

NiLuh AyuMas

Sampah-sampah pantai biasanya diambil oleh penduduk sekitar pantai untuk dijadikan kayu bakar, jadi pantai tetap bersih. Sekarang semua beralih ke pariwisata.

Baca juga:  Terima Kasih KPU dan TNI/Polri

Komang Wiadnyana

Ini bukan tata ruang Bali yang salah. Ini sudah alam yang sudah murka dan muak dengan keserakahan manusianya.

Wedha Andi Ike

Kerja bakti menyusun neraka, kita miliki bahan bakarnya.

Wayan Sakyo Penamun

Dana kebanyakan digunakan untuk tujuan politik. Dana untuk perlindungan alam tidak ada.

Rafael Nyoman Ganapurwa

Pariwisata telah memberikan uang, terus apa saja yang telah dibuat untuk pariwisata?

Ai Klud Rafael

Pendapatan uang dari pariwisata itu ke mana jalannya? Masih sebuah misteri.

Nengah Narsa

Upacara wana kertih hanya ritual, Tri Hita Karana hanya konsep. *

BAGIKAN