DENPASAR, BALIPOST.com – Angka kemiskinan yang kini 3,61 persen menjadi prestasi tersendiri bagi Bali. Mengingat sebelumnya, penurunan angka kemiskinan hingga dibawah 4 persen sempat dikatakan tidak mungkin.
“Teori mengatakan 4 persen itu kerak kemiskinan. Kita sudah turun dari angka itu, berarti kan sudah bisa (keluar dari garis kemiskinan, red), ” ujar Kepala Bappeda Provinsi Bali, I Wayan Wiasthana Ika Putra usai memimpin konsultasi publik rancangan awal RKPD Semesta Berencana Provinsi Bali Tahun 2021 di kantor setempat, Kamis (13/2).
Ika Putra mencontohkan petani miskin atau petani penggarap masuk dalam kerak kemiskinan. Itu sebabnya, mereka disentuh lewat penajaman program dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali sebagai komitmen untuk memperkecil angka kemiskinan.
Walaupun masih memerlukan kajian lebih lanjut, tapi penurunan angka kemiskinan sesuai data BPS Provinsi Bali hingga 3,61 persen pada September 2019 bisa menjadi bukti kesuksesan program-program kerakyatan yang digelontor Pemprov. Mulai dari penggunaan busana adat Bali, hingga yang terbaru menyangkut legalisasi arak.
“OPD-OPD terkait dan kelompok ahli sedang mengkaji itu. Intinya bahwa 1 tahun 3 bulan ini program Nangun Sat Kerthi Loka Bali sudah mampu menurunkan angka kemiskinan di bawah 4 persen, ” jelasnya.
Selain itu, lanjut Ika Putra, juga didukung pembangunan infrastruktur yang diyakini bisa membuka sentra-sentra ekonomi baru. Kemudian, pemberdayaan adat yang mulai dibangun diharapkan bisa memunculkan BUPDA, pasraman, hingga pembinaan UMKM. Semuanya menyentuh langsung masyarakat.
Kendati dampaknya belum terukur dan signifikan, tapi paling tidak data sudah berbicara ada penurunan angka kemiskinan. Namun di tengah prestasi ini, Bali kini justru dihadapkan pada tantangan baru yang bernama wabah virus corona.
Wabah dari Tiongkok ini cukup memukul sektor pariwisata yang masih menjadi tulang punggung perekonomian Bali. “Ekonomi Bali 69 persen dipengaruhi sektor tersier termasuk pariwisata di dalamnya. Sisanya, pertanian (primer)15 persen dan sektor sekunder 15 persen. Ini kan harus didorong persentasenya,,” katanya.
Tetapi, menurut Ika Putra, persentase sektor pariwisata bukan berarti diturunkan. Melainkan dipersempit ketimpangannya dengan sektor primer dan sekunder lewat pariwisata berkualitas.
Dengan demikian, Bali tidak panik saat dihadapkan pada masalah-masalah pariwisata seperti wabah virus corona. Saat ini, upaya mitigasi dan promosi sudah digencarkan dan terus akan dilanjutkan pada perencanaan tahunan 2021. (Rindra Devita/balipost)