AMLAPURA, BALIPOST.com – Potensi terjadinya bencana di Kabupaten Karangasem cukup tinggi. Sayangnya, tingginya risiko tidak diimbangi dengan besarnya anggaran kebencanaan.
Pada 2020 ini, anggaran khusus kebencanaan menurun hingga Rp 300 juta lebih dibandingkan tahun lalu. Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Karangasem, Ni Wayan Asmi Sukmawati, Minggu (17/2) mengakui hal ini. Kata dia, pada 2019, anggaran kebencanaan diberikan sekitar Rp 830 juta. Sedangkan untuk tahun ini, sekitar Rp 500 juta. “Jadi, anggaran tahun ini turun sekitar 300 lebih,” ucapnya.
Asmi Sukmawati mengatakan, anggaran yang digelontorkan tersebut diantaranya diperuntukkan untuk biaya operasional BBM, servis kendaraan, suku cadang kendaraan, biaya pemeliharaan dan sewa alat berat. Dengan kondisi seperti ini, dalam penanganan kebencanaan pihaknya tetap bergerak maksimal.
Hanya, untuk lebih memaksimalkan penananganan, pihaknya lebih mengefektifkan koordinasi dengan masyarakat setempat. Artinya, bila ada bencana tanah longsor, dan itu masih bisa ditangani oleh masyarakat, mereka bisa menanganinya secara swadaya gotong royong.
“Kalau memang bencana besar dan membutuhkan alat berat, maka kita akan berkoordinasi dengan OPD terkait untuk peminjaman alat berat,” katanya.
Dia mengakui, khusus untuk sewa alat berat anggarannya sangat kecil yakni Rp 35 juta. Sementara, bila hendak menyewa alat berat sekali harganya cukup mahal mencapai belasan juta. “Kalau melihat anggaran, hendak menyewa alat berat hanya dua kali sudah habis. Jadi, kalau ada longsoran besar kita tetap koordinasi dengan OPD terkait yakni Dinas PUPR. Tapi, kalau kondisi urgent dan OPD terkait tidak bisa, baru kita akan keluarkan dana itu untuk sewa alat berat,” tegas Asmi.
Pihaknya berharap ke depan anggaran kebencanaan maupun sewa alat berat bisa ditingkatkan. Pasalnya, potensi bencana di Karangasem terbilang cukup tinggi. mulai dari tanah longsor, pohon tumbang dan bencana yang lainnya. (Eka Parananda/balipost)