Ilustrasi. (BP/Dokumen)

Bali telah beberapa kali mengalami paceklik wisatawan. Terparah, imbas Bom Bali 1 dan 2 masing-masing pada 2002 dan 2005. Selama kurun waktu beberapa tahun sektor pariwisata berada di titik nadir. Di tengah keterpurukannya, Bali berbenah.

Kerja keras semua komponen pun membuahkan hasil. Bali berhasil mendapatkan kepercayaan turis. Kini, Bali kembali dihadapkan pada persoalan serupa, meski isunya bukan keamanan.

Paceklik wisatawan akibat wabah Corona telah menghampiri terlebih pascaditutupnya penerbangan dari dan ke Tiongkok. Di akun Facebook @balipost, netizen menyampaikan pendapatnya mengenai persoalan ini. Sebagian besar berharap momen ini digunakan untuk melakukan pembenahan dan mengembangkan sektor selain pariwisata. Netizen juga menilai, di tengah wabah Corona, Bali sejatinya punya peluang mendatangkan turis non-Tiongkok.

Apalagi Indonesia khususnya Bali sejauh ini aman dari virus tersebut. Wisatawan untuk sementara tentu akan mencari destinasi selain Tiongkok. Agar dilirik, maka status Indonesia khususnya Bali bebas dari Corona wajib dipertahankan.

Baca juga:  Setahun Paceklik, Hasil Tangkap Nelayan Selerek Mulai Meningkat

Tetap beri perhatian lebih pada masalah keamanan dan kenyamanan wilayah. Kemudian, gencarkan promosi pariwisata. Stakeholders pariwisata pun harus memperkuat sinergi. Tanggalkan egosektoral dan benahi segala lini. Cerdiklah dalam merebut peluang di tengah paceklik.

Yoyok Froggy

Pariwisata perlu istirahat sejenak biar bisa introspeksi diri ke depan.

Imade Lebih Umbarayana

Yoyok Froggy tepat sekali dan saat yang tepat sekarang untuk membenahi alam Bali.

Imade Lebih Umbarayana

Alam Bali jangan cuma dieksploitasi untuk kepentingan duniawi sesaat. Ada kalanya kita juga mesti membenahi alam lingkungan Bali dan sekaranglah saat yang tepat di kala sepi pengunjung. Manfaatkan waktu yang baik ini untuk membebaskan alam lingkungan di Bali dari sampah plastik dan anorganik lainnya. Manfaatkan waktu untuk membenahi lingkungan di Bali agar tidak semrawut, kumuh.

Windy Rubaitul Silvya

Coba deh jalan-jalan pagi di pantai start pukul 6. Lihat sendiri bagaimana krisisnya pantai di Bali. Sampah plastik, air keruh. Bali dikenal wisata pantainya. Sekarang dikenal sampahnya. Memang ada tukang sapu, tapi jumlah mereka cuma beberapa orang saja kalau dibanding dengan bibir pantai yang panjang dan luas.

Baca juga:  Waspadai Efek Bola Salju Corona

Budhiyasa I Wayan

Biasa saja. Sebelum tahun 1970 pariwisata Bali tidak semarak tahun 1980 hingga sekarang, tapi orang Bali bisa hidup layak. Itu semua karena menerima apa adanya dan selama ada usaha dan keyakinan pasti bisa dilalui, rahayu.

Ngurah Agung

Ayo pemerintah Bali dan masyarakat jangan lupakan subak. Jangan biarkan pura subak tidak ada penyungsungnya lagi karena sudah beralih menjadi beton. Kekuatan Bali itu dari alam dan budaya subak.

Komang Dana Kurniawan

Tak bisa dimungkiri dan hendaklah bijaksana memahami dan menyikapi bahwa letak kelemahan terbesar itu tempatnya ada di kekuatannya itu sendiri.

Baca juga:  Gotong Royong Jaga Lingkungan

Fredy David

Tiket-tiket serba naik, fasilitas-fasilitas juga naik. Semoga pihak terkait mengambil kebijakan supaya pariwisata Bali tetap terjaga kuantitas maupun kualitasnya. Bali for the world.

Anom Sattwika Ida Bagus

Jangan panik hadapi sampah dan pembangunan yang masif di Bali.

I-Made Suarjana

Over-eksploitasi. Buah simalakama.

Gusti Arik

Di saat sepi gini Bali harus memperbaiki diri.

Made Sedanayasa

Di saat ramai bersyukurlah. Dan pasti ada saat sepi, pakai untuk berbenah.

Adika Bali Ausfluge

Saatnya untuk kembali melirik usaha pertanian, perkebunan dan perikanan.

Kawi Bawa Kawibawa

Ramai tamu jangan girang. Jika sepi, jangan menyesal. Hadapi keduanya dengan pikiran yang positif, niscaya berakhir dengan nikmat.

Gusti Panotogomo

Kalau sebulan lagi Bali tetap tidak terserang Corona, gue yakin akan banyak wisatawan yang beralih ke Bali dan pastinya akan normal dengan cepat.

BAGIKAN