Suasana karya agung pengurip gumi di Pura Luhur Batukaru, Kamis (20/2/2020).(BP/Dokumen)

TABANAN, BALIPOST.com – Puncak Karya Agung Pengurip Gumi di Pura Luhur Batukau, Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan digelar Kamis (20/2). Setelah usai rangkaian upacara agung Pengurip Gumi, barulah dilaksanakan piodalan Agung di Pura setempat.

Dari pantauan di lapangan, ribuan pemedek sejak pagi memadati areal Pura Luhur Batukau. Bahkan sejumlah personil gabungan baik dari pecalang, kepolisian, dinas Perhubungan dan Satpol PP pun ikut melakukan pengawasan dan pengamanan agar pelaksanaan rangkaian Karya Agung Pengurip Gumi bisa berjalan lancar.

Begitupun pemedek yang hendak menuju ke areal Pura Luhur Batukau pun sudah harus berjalan kaki dari parkir bawah.

Baca juga:  Cek Fasos dan Fasum, DPRD Denpasar Temukan Perbedaan Data

Ketua Panitia I Karya Agung Pengurip Gumi, I Wayan Arya mengatakan, untuk upacara karya agung Pengurip Gumi menggunakan upakara jnagkep dengan tingkatan utamaning utama. Dan eedan karya agung Pengurip Gumi dipuput oleh sekitar 14 orang Sulinggih.

Mereka diantaranya Ida Peranda Budha Jelantik Karang dari Griya Jelantik Budakeling, Ida Peranda Wayahan Bun Griya Sanur Pejeng, Ida Peranda Budha Jelantik Dwaja Gria Jelantik Dauh Pasar, Budakeling, Ida Peranda Gria Taman Baturiti dan lainnya. “Setelah eed upacara Pengurip Gumi puput barulah akan dilaksanakan piodalan Agung, dimana untuk karya Pengurip Gumi rangkaiannya mapedudus agung, Pengurip Gumi, mepeselang, pengusaban agung dan pedanan. Setelah rangkaian ini Ida Bhetara akan melinggih ring bale Sari, setekah itu kembali munggah ke yoga katurang pujawali agung,” terangnya.

Baca juga:  Bangkitkan Kepercayaan Masyarakat Internasional, Wagub Cok Ace Ajak Pelaku Pariwisata Lakukan Ini

Selain itu untuk melengkapi rangkaian prosesi upacara Karya Agung Pengurip Gumi juga dipentaskan sejumlah tari wali seperti tari Baris Gede, Rejang Dewa, Gambuh, Wayang Yadnya dan sebagainya.

Untuk diketahui Karya Agung Pengurip Gumi di Pura Luhur Batukau digelar sesuai dengan fungsi Ida Bhatara Batukau sebagai penguasa kehidupan alam semesta, serta melihat kondisi dunia khususnya jagat nusantara yang sedang tidak seimbang. Karya ini adalah upacara yang sangat disakralkan, yang merupakan pewisik atau pewuwus Ida Bhatara, sehingga harus dilaksanakan sebaik mungkin.

Baca juga:  Dari Warga Demo dan Segel Kantor Desa Adat Renon hingga Dua Keturunan Omicron

Pewisik (Sabda) diterima pada saat Ida Bhatara yang berstana di Pura Luhur Batukau nepak pedasaran sesaat menjelang nyineb pujawali Ida Bhatara Batukau. Dari situlah diminta agar digelar Karya Agung Pengurip Gumi atau penyucian Jagad. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN