Sejumlah fast boat saat hendak sandar di Desa Adat Jungut Batu. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pemerintah Provinsi Bali ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ dinilai cukup baik oleh berbagai kalangan. Diharapkan implementasi program ini benar-benar menyentuh seluruh kepentingan masyarakat Bali.

“Seluruh pihak, termasuk desa adat di Bali harus senantiasa bekerja sama guna merealisasikan seluruh isi program Nangun Sat Kerthi Loka Bali,” kata Bendesa Adat Jungut Batu, Nusa Penida, Klungkung, Ketut Gunaksa.

Program-program apa saja yang telah dirancang Desa Adat Jungut Batu untuk menyejahterakan dan meringankan beban krama desa yang selaras dengan visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’?

Desa Adat Jungut Batu dikenal sebagai kawasan pariwisata. Terletak di Pulau Lembongan, Jungut Batu cukup maju lewat potensi alam bawah lautnya yang memesona. Ini membuat pariwisata di desa ini berkembang cukup pesat, hingga terus tumbuh ragam akomodasi pariwisata.

Meski sudah maju dengan pariwisata, aktivitas desa adat di Desa Jungut Batu masih tetap lestari. Ragam tradisi dan budaya masih bertahan hingga sekarang. Malah, imbas dari kemajuan pariwisata, membuat desa adat ini mampu merancang banyak program untuk menyejahterakan krama setempat.

Baca juga:  Desa Adat Samsam Rancang Pasar Desa Berkonsep "Rest Area"

Bendesa Adat Jungut Batu, Ketut Gunaksa, mengatakan Desa Jungut Batu punya beragam program untuk meringankan beban masyarakat. Contohnya, di bidang pendidikan, Desa Jungut Batu membebaskan uang pangkal untuk pendaftaran TK.

Termasuk anak-anak dari luar desa yang bersekolah di TK Kumara Jaya Jungut Batu. Tidak hanya itu, uang SPP setiap bulan juga digratiskan, ditanggung oleh desa adat.

Di bidang sosial, ada program dana duka bagi warga yang keluarganya meninggal. Nilainya sebesar Rp 2,5 juta. Kemudian program ini dimatangkan, setiap warga yang meninggal, biaya upacara makingsan ring pertiwi ditanggung sepenuhnya oleh desa adat yang nilainya bisa lebih tinggi, antara Rp 4 juta sampai Rp 4,5 juta. Demikian juga kalau pemangku yang meninggal, bahkan langsung diaben. Baik pemangku pangayah maupun pemangku janbanggul.

‘’Bantuan-bantuan seperti ini menggunakan dana bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat, keuntungan LPD maupun BKK Provinsi,’’ kata Gunaksa, Sabtu (15/2).

Baca juga:  Rakernas IA ITB 2019 di Bali Usung Tema Nangun Sat Kerthi Loka Nusantara 

Dikatakan, ada juga program jaminan kesehatan. Desa Adat Jungut Batu memiliki program Kartu Kesehatan Desa Adat Jungut Batu.

Ketika prajuru adat, pecalang, sekaa gong, sekaa santi, hingga pemangku plus istrinya berobat ke dokter, biayanya ditanggung desa adat. Bahkan, dulu tahun 2011 sampai 2017 setiap warga yang sakit juga diberikan dana kesehatan Rp 5 juta. Program jaminan kesehatan ini, sedang diupayakan untuk dilanjutkan kembali.

Program bidang sosial ini juga ada program dana motivasi. Setiap organisasi di desa adat diberikan dana motivasi. Seperti banjar adat, sekaa truna, sekaa gong, PKK, pecalang, setiap komunitas mendapatkan dana motivasi tersebut setiap tahun. Ada juga program ngaben massal. Program ini sudah dua kali dilakukan. Pelaksanaannya dilakukan setiap tiga tahun sekali tanpa adanya urunan dari masyarakat setempat alias gratis.

‘’Ada juga upacara potong gigi dan sapuh leger yang digelar gratis. Bahkan untuk program ini, orang luar Desa Jungut Batu juga boleh ikut upacara ini di desa kami,’’ tegasnya.

Baca juga:  Desa Adat Bona Lestarikan Tari Cak Bona

Seluruh program untuk melestarikan desa adat ini sampai saat ini masih berjalan, kecuali pogram jaminan kesehatan warga dan dana motivasi. Dua program ini belum bisa dilanjutkan, karena harus disempurnakan lagi.

Di Desa Adat Jungut Batu juga ada mangrove. Ini sebagai salah satu daya tarik wisata yang saat ini sudah dikelola Kementerian Kehutanan. Sementara mengenai program pariwisata, desa adat selalu mengontrol pembangunan akomodasi pariwisata, agar selaras dengan pembangunan pura maupun infrastruktur. Sehingga seluruh kepentingan semua pihak dapat terwujud dan tidak melanggar sempadan jalan.

Desa Adat Jungut Batu saat ini dihuni sekitar 1.100 KK. Tersebar di empat banjar adat. Antara lain Banjar Adat Kangin, Banjar Adat Kaja, Banjar Adat Kelod, Banjar Adat Telatta. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN