DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, Bali saat ini masih bergantung pada pasokan listrik dari Jawa sebesar 350 MW atau sekitar 30 persen dari kebutuhan listrik di Pulau Dewata. Mengingat, beban puncak tertinggi mencapai sekitar 900 MW lebih.
Kalau terjadi sesuatu, maka Bali juga mengalami masalah. Terkait hal ini, pihaknya telah merencanakan adanya pembangkit listrik baru yang sekaligus mendukung Bali energi bersih dan mandiri energi. “Jadi kita ingin penuhi, bahkan kita akan memasang kapasitas lebih dari kebutuhannya sebagai cadangan di Bali dan nanti rencana kita adalah pembangkitnya itu tidak di satu tempat, tapi di beberapa tempat,” ujar Koster usai menerima kunjungan kerja Dewan Energi Nasional di Jayasabha, Denpasar, Jumat (21/2).
Menurut Koster, pembangkit listrik baru yang akan dibangun nantinya memakai bahan bakar ramah lingkungan serta energi baru dan terbarukan. Antaralain tenaga surya, tenaga angin, air, gelombang, dan gas. Daerah yang kemungkinan dijadikan sebagai lokasi pembangkit diantaranya Karangasem, Jembrana, Buleleng, dan Klungkung.
“Lokasinya kita sebar supaya kalau mati satu, tidak mati semua. Kalau tersentral, se-Bali mati. Jadi ini mesti dipecah beberapa titik,” jelasnya.
Menurut Koster, rencana pembangkit listrik baru akan didahului riset agar persiapannya lebih matang dan tidak gagal dalam pelaksanaannya. Pihaknya menargetkan Bali sudah bisa mandiri energi pada 2023. “Untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang, kita akan bangun lagi sampai lebih dari 2000 MW karena ada pertumbuhan setiap tahun dan juga kita perlu cadangan. Nah yang Paiton sekarang, itu mau kita fungsikan sebagai cadangan,” terangnya.
Terkait energi bersih, Koster menyebut pembangkit listrik yang ada di Bali saat ini sudah menggunakan gas sehingga lebih ramah lingkungan. Kecuali di Celukan Bawang yang masih menggunakan batubara. Nantinya, akan dibuatkan sistem untuk menjadikannya lebih ramah lingkungan. (Rindra Devita/balipost)