Ilustrasi. (BP/Tomik)

Bicara isu pertanian seakan tak ada habisnya. Berbanding terbalik dengan luas lahan pertanian yang terus menyusut. Inilah paradoks sektor pertanian khususnya di Bali. Teori, kritik dan saran untuk menjaga keberlanjutan pertanian telah digaungkan sejak lama.

Namun kepada siapa hal itu semua diarahkan, seharusnya kembali direnungkan mulai sekarang. Terbukti, pemerintah saja tidak cukup mampu karena masalah alih fungsi lahan dan kesejahteraan petani dipengaruhi banyak faktor, termasuk internal petani itu sendiri. Persoalan ini harus segera dipecahkan.

Peluang agar mampu menjadikan pertanian sektor menjanjikan mesti digarap. Jika tidak begitu, regenerasi petani hanya omong kosong. Netizen yang menanggapi berita ‘’Arahkan Generasi Muda Geluti Pertanian Modern Berorientasi Pasar’’ yang diposting di akun Facebook @balipost pada intinya menyampaikan, pewarisan pertanian berkaitan erat dengan kesejahteraan petani. Kuncinya hanya itu.

Buat apa mengarahkan generasi milenial membajak sawah kalau pada akhirnya merugi. Pemerintah dan swasta di sini punya peran penting memfasilitasi produk pertanian lokal agar mampu menembus segala lini pasar. Penetrasi produk lokal bisa diperkuat dengan mempersempit keran impor.

Baca juga:  Sosialisasikan Pergub Nomor 99 Tahun 2018, Pemprov Kumpulkan Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan se-Bali

Jika dari aspek kuantitas tidak mampu bersaing, menangkan sisi kualitas. Ingatlah bahwa Bali punya produk-produk pertanian unggul. Generasi milenial jangan tinggal diam. Ambil peluang ini. Aktiflah mempromosikan dan memasarkan produk pertanian lokal dengan memanfaatkan internet. Sebab, rantai distribusi yang kuat akan memengaruhi produksi karena berkaitan dengan pemenuhan permintaan pasar. Celah produksi inilah yang nantinya bisa dilirik generasi muda.

De Darma

Jangan diarahkan semata pak, tolong segala hasil panen pertanian diperhatikan. Contohnya biar tidak saat harga mahal heboh, saat petani gagal panen atau harga tak sesuai, pura-pura bongol. Bayangkan coba tidak ada petani, apa yang terjadi.

Fajar Atjeh

Saya juga bekas anak petani, jadi tahu bagaimana rasanya saat harga hasil panennya anjlok, sakit tapi gak berdarah. Sudah orangtua kerjanya dari pagi sampai sore, panas, hujan, belum lagi ada hamanya. Aduh lengkap sudah.

Nyoman Suarsana

Baca juga:  Biodinamik, Sistem Pertanian Organik Plus

Besok-besok kalau banyak punya uang, terus tidak ada beras, tak ada sayur, tidak ada buah, memangnya uang yang dimakan? Pertanian lesu. Katanya kerja demi sepiring nasi.

Putu Krisna Dwipayana

Cuma memperhatikan nasib petani, tapi tidak membantu. Bapak saya petani, kalau menanam padi, tiga bulan baru menghasilkan. Memenuhi hidup selama tiga bulan ini yang perlu dipikirkan.

Wayan Semarajaya Tangkas

Memajukan petani baru hanya sebatas di wacana saja.

Widiatmika Sudharpa

Sepanjang pemerintahan daerah Bali dengan segenap jajarannya mau berkomitmen untuk mendukung dengan segala upaya, pasti banyak yang mau seperti Thailand contohnya. Tapi kalau sekadar retorika dekat pemilu, ya enggaklah, pasti nonsen lagi.

Ngurah Harley

Pas kampanye bagus programnya.

Tuadi Pochinki

Mengarahkan dan mengimbau, siapa pun bisa. Kan cuma ngomong doang, talk less do more.

Adiguna I Gede Agus

Perhatikan petani bukan hanya dengan omongan tapi berikan tanggungan yang sama seperti PNS kepada petani.

Agung Skip

Majukan Bali dengan pembangunan pertanian. Maka ajeg Bali pasti terjaga. Mandiri pangan dan bahan bebantenan.

Baca juga:  RUU Bali Perlu Didukung

Dek DUnk

Lahan yang akan digarap tidak ada karena sudah habis dijual.

Switra Adnyana

Lahan sudah sedikit. Yang produktif sudah semuanya berubah jadi perumahan dan vila.

Iwayan Suparka

Sawah sudah habis karena jadi vila.

Sugix Luph Alvin

Kalau dengan menjadi petani bisa sejahtera, tidak perlu diarahkan segala semua pasti akan mau menjadi petani.

Danu Winartha

Arahkan biar warga netizen kalau belanja di pasar tradisional, bukan mall yang impor.

Donny Jaya Laksmana

Bagaimana mau bertani kalau sawahnya digerus investor untuk dijadikan vila dan perumahan tak berpenghuni?

Arya Lawa Manuaba

Pertanian perlu air. Bagaimana bisa bertani kalau air disedot jutaan liter untuk toilet bintang lima melulu. Apalagi mau bangun akomodasi wisata Teluk Benoa, iya toh?

De Art Kupit

Diarahkan, tapi alih fungsi lahan semakin banyak dan pemerintah tidak tegas dengan jalur hijau.

Ariana Komang

Irigasinya dulu diperbaiki pak.

BAGIKAN