DENPASAR, BALIPOST.com – Tak banyak milenial yang tahu jaja cacalan, terutama anak-anak usia sekolah yang lebih fasih bicara gadget dan game online. Guna mengajak para milenial, khususnya siswa SMP PGRI 2 Denpasar (Grisda) mengenal budayanya, beragam lomba digelar.
Salah satu yang unik adalah lomba jaja cacalan. Kompetensi ini wajib ditularkan kepada generasi milenial karena jarang ada pengkaderan di tingkat banjar dan desa adat. Selain melestarikan warisan leluhur juga bekal membuka usaha membuat banten di kemudian hari.
Gebyar Budaya 2020 yang dirangkai dengan Bulan Bahasa Bali diisi dengan berbagai lomba, diantaranya lomba ngelawar, membuat pejati, canang sari, ngulat klakat, menulis di daun lontar, membuat sengkui dan tata boga. Juga ada lomba busana ke pura.
Ketua OSIS SMP PGRI 2 Denpasar, Cokorda Gede Dananjaya Susila mengungkapkan lewat agenda ini warga sekolah diingatkan eling dengan kewajiban sebagai generasi muda Hindu. Yakni harus memiliki kompetensi ngelawar bagi anak laki dan membuat pejati bagi kaum wanita.
Kedua kompetensi ini diperlukan setiap kegiatan adat dan agama di Bali. Selain itu guna menanamkan nilai-nilai melestarikan warisan leluhur.
Kepala SMP PGRI 2 Denpasar, Dr. Drs. Gede Wenten Aryasuda, M.Pd. menilai dengan adanya lomba-lomba ini, berarti anak muda Bali khususnya di SMP PGRI 2 Denpasar sudah memiliki kesadaran akan pentingnya mengajegkan budaya Bali. Sekaligus mendukung dan mengimplentasikan Pergub bahasa dan sastra Bali dan Pergub soal busana Bali.
Ia menegaskan agenda ini menjadi program unggulan sekolah untuk melestarikan budaya leluhur. Sebab di Bali budaya ngelawar, membuat pejati dan jaja cacalan serta sengkui, tak bisa dihilangkan dalam kehidupan sehari-hari atau adat istiadat. Makanya sejak dini anak-anak perlu dibekali keterampilan untuk ngayah di masyarakat. (Sueca/balipost)