Ilustrasi kuliner tradisional. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Potensi kuliner khas Bali harus diakui hingga kini belum dioptimalkan sebagai kekuatan ekonomi. Kuliner Bali belum menjadi tuan rumah, kalah bersaing dengan kuliner daerah dan negara lain.

Padahal Bali merupakan tujuan wisata dunia sehingga kulinernya memiliki peluang besar untuk ikut mendunia. Makanan tidak hanya memiliki nilai guna mengenyangkan perut, melainkan juga nilai guna ekonomi yang sangat besar.

Perkembangan ekonomi modern menempatkan bisnis makanan juga terkait dengan perubahan budaya. Makanan modern dari negara-negara maju dinilai lebih bergengsi dibandingkan makanan tradisional. Akibatnya, bisnis makanan dikuasai pemilik merk-merk dunia, sementara kuliner tradisional terus terpuruk dan nyaris dilupakan.

Baca juga:  Permudah Akses Layanan Publik, INA Digital Dinilai Langkah Maju yang Signifikan

Nasib perlahan mulai ditinggalkan dan dilupakan juga dialami makanan tradisional khas Bali. Padahal nilai ekonomi makanan tradisional di era kekinian menunjukkan gejala semakin diminati.

Hal ini tidak lepas dari kemajuan teknologi informasi, di mana banyak yang mulai mencari hal-hal yang unik dan khas, termasuk soal makanan. Ada semacam kebangkitan kesadaran untuk kembali menggali kuliner-kuliner masa lalu untuk dinikmati generasi kini.

Bali dengan alam dan budayanya yang khas, memiliki ragam kuliner yang unik. Keunikan dan kekhasan kuliner Bali adalah potensi yang jika digarap serius dapat memberi keuntungan ekonomi bagi krama Bali.

Baca juga:  Family Office Berpotensi Buat Bali Makin Karut-marut

Beranjak dari pemikiran inilah, dalam ulang tahunnya yang ke-47, PDIP Bali menggelar Festival Kuliner Bali yang menyajikan makanan tradisional khas masing-masing daerah di Bali.
Tidak hanya untuk kepentingan ekonomis, Festival Kuliner Bali juga program yang berpihak pada potnesi kearifan lokal Bali sekaligus membangkitkan kebanggan masyarakat pada pangan di daerahnya masing-masing.

Dampak jangka panjang jika kuliner Bali telah menjadi tuan rumah di tanah sendiri adalah kuatnya ketahanan pangan krama Bali. Banyak hasil produk pertanian krama Bali yang akan terserap untuk bahan kuliner.

Baca juga:  Harga Jual Babi Bertahan di Rp 35 Ribu Per Kilogram

Persoalannya kini adalah keberlanjutan program di masa mendatang. Membangkitkan kuliner khas Bali di masing-masing daerah membutuhkan konsistensi. Ada banyak tantangan yang akan dihadapi dunia kuliner Bali untuk dapat bersaing.

Yang pertama, tentu saja soal cita rasa yang mampu menyesuaikannya dengan selera masyarakat luas. Makanan Bali dikenal memiliki cita rasa khas berbumbu dengan rasa yang kuat. (Nyoman Winata/balipost)

Ulasan lebih mendalam mengenai kuliner Bali dan ketahanan pangan Krama Bali dapat dibaca di Harian Bali Post, Selasa 25 Februari 2020.

BAGIKAN