DENPASAR, BALIPOST.com – Pendidikan karakter memang harus dilakukan sejak dini, yang akan menjadi dasar karakter seseorang ketika dewasa nanti. Lalu bagaimana bila seorang guru yang seharusnya digugu dan ditiru tidak berbekal karakter yang baik dan malah menjerumuskan anak didiknya? Hal ini akan menjadi persoalan besar bagi generasi penerus bangsa.

Belakangan banyak guru yang melakukan pelecehan terhadap anak didiknya. Menilai kondisi ini, akademisi pendidikan yang juga rektor IKIP PGRI Bali, I Made Suarta mengatakan semua bisa jadi disebabkan rekrutmen guru yang kurang tepat.

Baca juga:  Sekolah Swasta Terdampak Pengangkatan Guru PPPK

Sekarangkan rekrutmen guru bisa dikelompokkan dua, kelompok guru yang direkrut oleh pemerintah berasal dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan guru dari non LPTK. “Kalau guru yang mengenyam pendidikan di LPTK memang sejak awal digembleng menjadi calon guru sehingga benar-benar membentuk karakter seorang guru. Jadi disiplin di LPTK memang berbeda dengan disiplin di sekolah umum,” ujarnya.

Mulai dari cara berpakaian, bicara, kemudian tidak tanduk seorang. “Bagaimana kita memberikan contoh karena karakter yang dibentuk adalah karakter seorang guru, karakter orangtua kedua bagi siswa. Ini yang dibentuk sehingga guru benar-benar menjadi guru yang berkualitas,” terangnya.

Baca juga:  Dari Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Hari Ini hingga Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Kembali Naik

Suarta menegaskan guru tidak hanya mentransfer ilmu tapi juga mendidik anak. Menjadikan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya salah diluruskan sehingga dia menjadi benar. Membentuk karakter anak yang baik. “Jadi dalam merekrut guru memang tidak boleh sembarangan,” tegasnya. (Ngurah Wira/Bali TV)

BAGIKAN