Sejumlah babi yang mati mendadak dikuburkan. (BP/dok)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Belasan KK di Desa Bila memutuskan mengungsi gara-gara tak tahan mencium bau tak sedap. Diduga bau itu muncul karena bangkai babi dan limbah di peternakan PT. Anugrah Bersama Sukses (ABS).

Dikonfirmasi soal ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Putu Ariadi Pribadi, Jumat (28/2) menjelaskan sejak terjadinya kematian babi secara massal pihaknya bersama Dinas Pertanian (Distan) sudah turun ke lokasi peternakan. Bahkan, Distan mengerahkan alat berat guna membantu perusahaan mempercepat pembuatan lima lubang untuk mengubur bangkai babi.

Baca juga:  Sikapi ASF, Ini Upaya Badung

Dua lubang lagi disiapkan untuk mengubur bila ditemukan kematian babi susulan. “Nanti kami akan cek lagi untuk memastikan kondisi yang terjadi,” jelas mantan Camat Gerokgak ini.

Sebelumnya, warga mengaku tidak tahan dengan aroma tidak sedap yang diduga keluar dari bangkai babi dan limbah di peternakan itu. Informasinya sebanyak 18 KK mengungsi pada Kamis (27/2) malam.

Lokasi pengungsian berada di pusat dusun, tepatnya sebelah selatan lokasi peternakan di Dusun Kawanan, Bila. Mayoritas yang mengungsi adalah pria dewasa. Para perempuan, anak-anak, serta lansia tetap bertahan di rumah masing-masing.

Baca juga:  Sudah Lima Hari, Karangasem Catat Zero Kasus COVID-19

Salah seorang warga, Jro Putu Padma mengatakan aroma tidak sedap yang mengganggu kenyamanan ini terjadi pascamatinya seratusan babi di peternakan itu. Meski disebut peternakan sudah mengubur, nyatanya bau tidak sedap itu menyebar dan mengganggu kenyamanan warga.

“Sebelumnya kami sudah diganggu dengan aroma kotoran, limbah dan suara bising babi yang dipelihara. Sekarang kami diganggu lagi dengan bau bangkai babi dan lalat,” katanya.

Baca juga:  Sejumlah Hasil Sampel Babi Positif ASF

Ia pun meminta agar segera dicarikan jalan keluar sehingga tidak merugikan warga sekitar peternakan. Dikatakan dirinya dan warga yang mengungsi sepakat tetap ngungsi selama bau tidak sedap masih tercium.

Senada diungkap Wayan Marsa. Ia mengatakan bau tak sedap ini sudah menyebar sejak 6 hari lalu. Ia yang ikut masuk ke dalam peternakan untuk memastikan sumber bau sudah meminta agar perusahaan langsung mengubur bangkai dan tidak membiarkannya hingga membengkak di dalam kandang. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN