TABANAN, BALIPOST.com – Sampah bukan saja menjadi persoalan perkotaan. Masyarakat desa juga kini dipusingkan dengan persoalan sampah yang tidak tertangani dengan baik.
Bahkan, ancaman pencemaran lingkungan justru akan lebih parah bila sampah di desa tidak tertangani dengan baik. Terlebih, seperti Desa Wongaya Gede, Penebel, Tabanan yang posisinya berada di hulu.
Bila banyak sampah di desa ini, dipastikan akan mencemari desa-desa lainnya di bawahnya. Bercermin dari persoalan itu, sekelompok pemuda di desa itu bergerak secara sukarela untuk membantu penanganan sampah yang dihasilkan rumah tangga. Terutama untuk sampah plastik yang tidak bisa terurai dengan cepat di tanah.
Komunitas yang diberi nama “Bisa Terbiasa” ini dengan
kesadarannya sendiri menjaga alam di hulu ini agar tetap bersih dan tidak mencemari lingkungan lainnya. Karena itu, komunitas yang dikoordinir oleh Gede Ari ini secara mandiri datang ke setiap pintu masuk pekarangan rumah untuk mengambil sampah plastik.
Tempat sampahnya pun sudah mereka siapkan. “Komunitas “Bisa Terbiasa” ini merupakan panggilan hati untuk membenahi desa, terutamanya dari kepungan sampah plastik,” ujar Gede Ari.
Komunitas yang telah berdiri sejak beberapa tahun lalu ini, semakin terlihat kinerjanya dan semakin dikenal masyarakat luas, dalam menyukseskan Karya Agung Pangurip Gumi di Pura Luhur Batukau. Peran komunitas ini dalam mengelola sampah di Pura Batukau cukup besar.
Sampah yang ada di pura, semua ditangani komunitas ini dibantu krama pangempon pura, serta STT dari banjar-banjar yang menjadi pangempon pura.
Gede Ari menambahkan, tujuan komunitas ini ambil bagian dalam Karya Agung Pangurip Gumi adalah ingin mengimplementasikan secara nyata arti dari karya agung Pangurip Gumi yaitu mengembalikan alam sebagaimana
fungsi alam itu sendiri. “Sampah plastik adalah sampah kita. Jadi kita sendirilah yang harus membereskannya, alam tidak menciptakan plastik jadi alam tidak bisa mengelola plastik,” katanya.
Semangat ngayah yang dilakukan anggota yang tergabung dalam komunitas ini mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan. Terutama setelah melihat kondisi kebersihan Pura Batukau selama penyelenggaraan karya agung kali ini.
Lingkungan pura yang berada di kaki Gunung Batukau ini semakin terlihat asri karena tanpa sampah plastik. Sampah bekas sarana upakara pun juga tertangani dengan cepat dan tidak sampai mengganggu kenyamanan umat sembahyangan. Karena itu, semua pihak sangat berterima kasih dengan kehadiran komunitas yang terbentuk secara swadaya ini. (Asmara Putera/balipost)