Perajin Tenun Rangrang sedang membuat sehelai kain. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kain tenun rangrang menjadi salah satu ikon penting Nusa Penida. Tetapi, memasuki 2020 para perajinnya mulai dilanda kekhawatiran.

Sebab, permintaan pasar terhadap kain tenun khas Nusa Penida ini semakin lesu. Para perajinnya saat ini memilih menganggur karena minimnya permintaan dari pengepul.

Menurut I Made Tanglad salah satu perajin Kain Tenun Rangrang asal Nusa Penida, Jumat (28/2), kain ini nyaris punah karena mulai sedikitnya penenun yang masih aktif. Beberapa upaya dilakukan untuk melestarikan Kain Tenun Rangrang ini.

Misalnya dengan munculnya kelompok-kelompok yang mewadahi kerajinan tradisional. Pada tahun 2013-2014 Kain Tenun Rangrang berada dalam puncaknya, dengan tingginya minat pasar.

Baca juga:  Buntut Penutupan Pelabuhan Padangbai, Antrean Truk Terjadi di By Pass IB Mantra

Harga per lembarnya bisa mencapai jutaan rupiah, hingga kewalahan untuk memenuhi pesanan konsumen. “Dulu kain ini bisa sampai ke luar negeri mengikuti festival kain internasional juga. Tetapi mulai 2015, kain ini mulai sedikit peminatnya, karena kurangnya pemasaran dan mulai banyaknya jenis kain lain di pasaran,” kata Tanglad asal Dusun Ampel, Desa Pejukutan ini.

Gairah Kain Rangrang terjun bebas tidak seperti sebelumnya yang sempat booming. Kemungkinan merosot disebabkan tren fashion berubah, jumlah perajin pun kian berkurang.

Baca juga:  BRI Kanca Negara Gelar Pelatihan untuk 100 Pelaku UMKM

Kondisi seperti ini harus menjadi perhatian semua pihak, terutama yang bergelut di bidang Kain Rangrang baik itu perajin, pengepul maupun yang lainnya. “Saya melihat para perajin di daerah Nusa Penida kebanyakan menganggur. Mereka tidak lagi melanjutkan aktivitasnya seperti biasa sebagai penenun lantaran harga Tenun Rangrang menurun drastis. Sedangkan harga benang tetap mahal,” kata Gede Arnawa pemuda asal Dusun Semaya, Nusa Penida yang sampai saat ini tetap berusaha mempromosikan Kain Tenun Rangrang di media sosialnya.

Dengan kemajuan teknologi, dia berusaha mempromosikan melalui medsos dengan harapan Tenun Rangrang yang sempat vakum bisa eksis kembali. Sehingga semakin banyak masyarakat Bali pada umumnya mengenal dan memakai Kain Tenun Rangrang. “Apabila memungkinkan, saya berharap kepada pemerintah daerah mengeluarkan peraturan bagi pegawai di Bali dapat mengenakan pakaian dari Kain Tenun Rangrang pada hari tertentu,” harap Arnawa.

Baca juga:  PPSAKK Gelar Upacara “Tawur Balik Sumpah, Mlaspas dan Karya Pangingkup”

Terdapat berbagai macam jenis motif pada Kain Tenun Rangrang, antara lain : motif hias wajik, hias iled, hias bianglala, hias jalur, hias kotak-kotak, hias silang, dan motif hias sirang. Adapun tenun yang dihasilkan menggunakan dua jenis pewarnaan, yaitu pewarna alam dan pewarna sintetis. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN