TABANAN, BALIPOST.com – Seakan tidak mau kalah dengan desa adat lainnya di Kabupaten Tabanan yang mulai berproses untuk bisa mengimplementasikan program Gubernur Bali ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’, Desa Adat Tajen saat ini juga tengah merancang konsep penguatan desa adat. Salah satu desa adat di Kecamatan Penebel ini memiliki keinginan kuat untuk menjadi desa wisata guna meningkatkan perekonomian masyarakat.
Apa saja program yang dirancang desa adat ini dalam mendukung program Pemrov Bali ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’?
Desa Adat Tajen memiliki hamparan sawah yang luas sekitar 125 hektar. Mayoritas krama adat berprofesi sebagai petani dan peternak. Di satu sisi di wilayah desa setempat saat ini sudah ada tempat wisata yang dikelola secara mandiri (perorangan). Desa Adat Tajen memiliki lima banjar yakni Banjar Dauh Yeh, Banjar Jeroan, Banjar Sedahan, Banjar Pande dan Banjar Kuta Bali dengan total krama adat 518 kepala keluarga.
‘’Ke depan dengan potensi alam pertanian yang kami miliki, bisa dijadikan pendukung untuk bisa mengarah ke desa wisata. Misalnya saja membuat jalur trekking ataupun gagasan lainnya. Ini masih konsep, tentunya masih perlu kajian dan berkoordinasi dengan desa dinas,’’ ujar Bendesa Adat Tajen I Gusti Ngurah Ardika, Kamis (27/2).
Mendukung program Pemprov Bali untuk melestarikan seni budaya, Desa Adat Tajen telah melakukan pembinaan sekaa tabuh krama lingsir. Sementara untuk pembinaan sekaa tabuh yowana, dengan anggaran yang telah dikucurkan oleh Pemerintah Provinsi Bali, akan direncanakan dalam waktu dekat. ‘’Kami tentu sangat mengapresiasi program Gubernur Bali, karena kini keberadaan desa adat hampir sama dengan desa dinas,’’ ucapnya.
Meski demikian, desa adat akan terus menjalin koordinasi baik dengan desa maupun desa dinas, agar implementasi atau penjabaran program Gubernur Bali bisa segera terealisasi. ‘’Misalnya pembentukan TK/PAUD bernuansa Hindu tentu kami akan berkoordinasi dengan desa dinas,’’ terangnya.
Terkait penanganan sampah, pos anggaran tersebut akan lebih digencarkan untuk kegiatan sosialisasi penanganan sampah dengan cara pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Karena, diakuinya, apa pun program yang dibuat di desa adat, jika tidak diawali dari mengubah mindset krama untuk melakukan pemilahan mulai di tingkat rumah tangga, tentu tidak akan berjalan maksimal. ‘’Tahap awal sosialisasi tentang pemilahan sampah di rumah tangga ini yang akan digencarkan, jika mindset masyarakat perlahan mulai terbiasa baru dibuatkan program pengolahan sampah secara mandiri. Misalnya sampah plastik dicacah menjadi bijih plastik sebelum dijual, barulah ke perencanaan BUPDA,’’ terangnya.
Begitupun mengawali penjabaran program ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’, Desa Adat Tajen juga telah menggelar Bulan Bahasa Bali 2020. Meski masih minim peserta lantaran digelar mendadak dan berbarengan dengan kegiatan serupa di lokasi lain, namun krama dan peserta tampak antusias dengan gelaran tersebut. Bahkan mereka berharap kegiatan ini dapat terus dilakukan untuk bisa melestarikan busana, aksara dan bahasa Bali.
Menurut Gusti Ngurah Ardika, ajang ini sekaligus bentuk pembinaan masyarakat adat yang dimulai sejak dini, sehingga dengan kecintaan yang dipupuk sedari kecil, betul-betul memberikan hal positif untuk pembentukan karakter krama ke depannya. ‘’Kami sangat berterima kasih atas program Provinsi Bali ini, karena ini juga salah satu upaya mengajegkan Bali dengan beragam seni dan budayanya,’’ terangnya. (Puspawati/balipost)