SINGARAJA, BALIPOST.com – Potensi wisata di Buleleng tidak kalah dengan di Bali selatan. Selain keindahan pemandangan alam, dan wisata bahari, di Bali Utara menyimpan potensi wisata sejarah. Sekarang warisan sejarah itu dikembangkan menjadi pendukung wisata city tour.
Desa Adat Buleleng yang mewilayahi di mana lokasi bukti warisan sejarah itu sekarang turut ‘’menggarap’’ potensi tersebut. Bukan saja menggarap potensinya, tetapi pelestarian peninggalan sejarah ini sarat dengan isi visi Gubernur Bali ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ dan penguatan desa adat.
Klian Desa Adat Buleleng Jro Nyoman Sutrisna, M.M. ditemui di kantornya belum lama ini mengatakan, banyaknya bukti sejarah di wilayah Desa Adat Buleleng tidak lepas karena daerah ini pernah menjadi pusat pemerintahan dengan julukan Ibu Kota Soenda Ketjil. Wilayahnya meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Peninggalan sejarah itu menyebar di 14 banjar adat yang telah dikembangkan oleh pemerintah daerah sebagai daerah tujuan wisata (DTW). Beberapa lokasi itu seperti kawasan Pelabuhan Buleleng, beberapa bangunan perkantoran dengan aristektur Belanda, Gedong Kirtya, dan kawasan puri peninggalan Raja Buleleng Ki Anglurah Pandji Sakti.
Selain itu, salah satu bukti sejarah bangsa Indonesia sekarang masih lestari adalah kawasan heritage Bale Agung. Di lokasi ini sendiri adalah rumah tinggal ibu Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno. ‘’Memang potensi wisata sejarah ini sudah dikembangkan oleh pemerintah. Bagi kami di desa adat karena berada di wilayah desa adat, maka kami berpartisipasi untuk turut mengembangkan potensi wisata heritage dan kita jadikan salah satu potensi andalan desa adat,’’ katanya.
Nyoman Sutrisna yang juga mantan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Buleleng ini menambahkan, pengembangan wisata sejarah ini memiliki nilai jual tinggi dan banyak dicari para wisatawan. Aktivitas wisata sejarah ini tidak saja menyaksikan benda peninggalan sejarah saja, tetapi lebih pada edukasi dan dijadikan bahan penelitian kalangan akademisi, baik dalam negeri maupun asing.
Untuk itu, pihaknya optimis potensi peninggalan sejarah ini mampu menarik lebih banyak lagi wisatawan terutama Eropa, Australia, Inggris, dan negara lain di dunia untuk menghabiskan libur mereka di Bali Utara City Tour di Desa Adat Buleleng. ‘’Dari pengalaman kami duduk di pemerintahan di mana wisatawan yang berkunjung di kota Singaraja ini datang karena ‘’rindu’’ ingin melihat peninggalan sejarah nenek moyangnya di Buleleng. Banyak yang melakukan penelitian, jadi ini kelebihan paket wisata city tour di Buleleng,’’ jelasnya.
Potensi andalan lain yang dikembangkan di Desa Adat Buleleng, sebut Jro Nyoman Sutrisna, keberadaan LPD. Lembaga ekonomi mikro di desa adat ini dengan perlahan dibenahi terutama tata kelola keuangan dan manajemen usaha. Untuk bisa bersaing dengan lembaga keuangan lain, LPD Adat Buleleng ini ke depan akan dikelola dengan manajemen berbasis online.
Sutrisna menyebut salah salah satu layanan online di LPD adalah pembayaran rekening air minum, pembayaran PBB P2, hingga kerja sama dengan perusahaan pembiayaan kredit sepeda motor. ‘’Kami sedang menata, kinerja SDM terutama pengelola LPD sehingga target manajemen berbasis online nanti bisa diterapkan. Dengan demikian LPD bisa tumbuh, berkembang, dan mampu bersaing,’’ jelas Jro Nyoman Sutrisna. (Mudiarta/balipost)