GIANYAR, BALIPOST.com – Bahasa, sastra dan aksara Bali mesti dijaga kelestariannya sebagai ikon Bali. Dalam kaitan upaya pelestarian tersebut, Pemerintah Provinsi Bali menggelar Bulan Bahasa Bali.
Melalui program ini Pemprov Bali lewat visi ‘’Sat Kerthi Loka Bali’’ mendorong desa adat untuk lebih menguatkan posisi bahasa Bali. Ini juga telah direspons oleh desa adat di Bali, salah satunya Desa Adat Sukawati, Gianyar. Apa saja kegiatan yang dirancang desa ini dalam pelestaraian bahasa Bali?
Penguatan bahasa Bali dipandang urgen, karena kearifan lokal Bali tersebut justru kian melemah di era kemajuan global. Desa Adat Sukawati, Gianyar berupaya melakukan penguatan bahasa Bali dan menggali potensi krama dalam menggunakan bahasa Bali.
Bendesa Adat Sukawati I Nyoman Suantha mengungkapkan, program Pemerintah Provinsi Bali melalui visi “Nangun Sat Kertih Loka Bali” bertujuan untuk menguatkan desa adat di Bali, termasuk dalam hal bahasa dan sastra Bali. “Tujuan Gubernur dengan program ini memang menguatkan desa adat. Ada hal yang perlu diperkuat, khususnya yang menyangkut bahasa dan sastra Bali,” katanya.
Dikatakannya, penguatan ini menjadi hal yang urgen. Terlebih di tengah kemajuan global, generasi milenial lebih banyak berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan Inggris atau bahasa asing lainnya. “Dalam beraktivitas di sekolah dan dalam pergaulannya, generasi muda lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan di rumah juga kerap menggunakan bahasa Indonesia,” katanya.
Menurut Suantha, penggunaan bahasa nasional tentu bukan hal yang salah, namun alangkah baiknya bahasa lokal lebih dilestarikan lagi. Pihaknya dalam kegiatan di Desa Adat Sukawati terus menekankan krama agar berkomunikasi di rumah dominan menggunakan bahasa Bali. “Di rumah dan dalam kegiatan di adat selalu kami tekankan agar menggunakan bahasa Bali,” katanya.
Terkait dengan pelestarian bahasa, aksara dan sastra Bali, pada pertengahan Februari lalu, Desa Adat Sukawati menggelar lomba MC berbahasa Bali dan matembang rare di Wantilan Jaba Pura Desa Puseh Desa Adat Sukawati. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi generasi muda dalam berbahasa Bali. “Lomba MC berbahasa Bali penting agar dalam membawakan acara, sekaa teruna fasih berbahasa Bali. Dalam sejumlah kegiatan di desa adat, kami juga akan persiapkan mereka untuk tampil ngayah,” ucapnya.
Lomba MC dan matembang rare ini salah satu program rutin setiap tahun, menggunakan dana keuangan tahunan Desa Adat Sukawati. Anggaran Rp 300 juta yang bersumber dari APBD Semesta Berencana ini juga digunakan untuk kegiatan yang meliputi parahyangan, palemahan dan pawongan. “Misalnya untuk parahyangan kami alokasikan Rp 60 juta untuk belanja upakara, masing-masing di Pura Puseh dan Pura Desa serta Pura Dalem Desa Adat Sukawati,” katanya.
Sementara untuk pawongan, pihaknya mengalokasikan anggaran untuk sejumlah kegiatan mulai dari penyelenggaraan pasraman sampai belanja pembentukan dan pengembangan Baga Utsaha Padruen Desa Adat Sukawati. Untuk palemahan, dialokasikan anggaran untuk penataan setra, hingga pengelolaan sampah rumah tangga. (Manik Astajaya/balipost)