Ditemukannya pasien terjangkit virus Corona di Indonesia menimbulkan kecemasan di masyarakat, termasuk di Bali. Di sejumlah daerah, masyarakat berbondong-bondong membeli masker untuk melindungi pernapasan. Bahkan muncul isu tak sedap mengenai aksi rush barang kebutuhan pokok terutama makanan.
Meski isu ini hoax, tidak sedikit yang telanjur mempercayainya. Kepanikan paling mendasar tentunya sedang dirasakan para pelaku pariwisata. Tenaga kerja waswas karena terancam dirumahkan bahkan di-PHK. Sebaliknya, pengusaha kelabakan membayar upah pekerja dan biaya operasional perusahaan.
Pemerintah tak kalah kelabakan. Anjloknya kunjungan wisatawan ditambah instruksi pusat tak memungut sementara Pajak Hotel dan Restoran (PHR) membuat pemerintah bersiap mengoreksi APBD-nya. Sejumlah program strategis terancam tertunda. Kepanikan dalam sebuah bencana adalah hal waja
r. Namun, dalam menyikapi wabah virus Corona, kita tidak boleh berlebihan. Masyarakat harus tetap tenang sembari meningkatkan kewaspadaan. Pesan ini yang terus menerus disampaikan Pemprov dan pemerintah kabupaten/kota di Bali. Ini pula yang disuarakan netizen di akun Facebook @balipost. Netizen berharap seluruh komponen bersatu dan saling menguatkan.
Saling memberikan support dan turut berkontribusi dalam upaya menyelamatkan Bali sesuai swadharma dan kemampuan masing-masing, akan lebih baik dibandingkan panik tak beralasan. Kepanikan hanya akan menambah persoalan. Berikut komentar sejumlah netizen.
Rafael Nyoman Ganapurwa
Jika panik Anda bisa stres. Hidup seperti biasa saja, jaga kesehatan dan kebersihan dengan baik, semoga penyakit ini cepat menghilang.
N Purwandari
Saya pakai sapu tangan bisa dicuci dan dipakai lagi. Tidak usah panik tidak ada masker. Jalani hidup dengan simpel saja. Mari kita hadapi semuanya dengan tenang, tidak lebai, jalani aktivitas seperti biasa.
Ariex Koetoehpoenggoel
Jangan terlalu berlebihan. Kalau berlebihan takutnya bisa pikiran yang kena penyakit. Biasa saja jalani. Kalau tidak ada masker, pakai kain masih bisa. Ingat, penyakit-penyakit dan bahaya-bahaya yang lain juga sering mengintai kita. Terlalu panik malah bukannya kena Corona tapi kena stres.
Ko Plet
Tiongkok kena Corona, bangun rumah sakit darurat besar-besaran. Indonesia kena Corona shopping besar-besaran dan nimbun masker besar-besaran.
Pande Budiartha
Yang namanya virus itu sangat susah terdeteksi kecuali Bali kita tutup rapat tidak boleh ada apapun yang masuk ke Bali. Itupun belum tentu aman dan kita tidak bisa hidup tanpa kebutuhan hidup dari luar Bali. Jadi, ini risiko global yang harus diterima semua yang ada di planet ini. Hanya lebih hati-hati dan perilaku hidup sehat harus benar-benar dijalankan masing-masing.
Robert Wayyn
Buka dan baca beritanya dulu. Rumah Sakit Sanglah sudah menngani pasien dalam pengawasan virus Corona. Dari 25 pasien, 24 negatif Corona dan 1 masih dibawa cek lab ke Jakarta. Jadi, jangan berpikir buruk dulu semeton.
Avrilya Reksa
Tidak bisa ya Bali punya alatnya sendiri pendeteksi positif atau negatifnya? Jadi tidak perlu dikirim dulu ke Jakarta biar penanganannya cepat. Seharusnya masing-masing daerah punya.
Fajar Atjeh
Semoga Bali senantiasa aman dan dilindungi sama Sang Kuasa, amin.
Dedet Ok
Standar WHO, yang pakai masker itu yang sakit. Bukan yang sehat nyetok masker dan nimbun sembako.
N Widana
Jangan lebai bro, lakukanlah semua sewajarnya. Waspada boleh, parno jangan.
Lina Muliati
Pakai kain perca juga bisa. Kalau kamu tidak ke mana-mana ngapain pakai masker. Masak di rumah maskeran? Kalau masker wajah bolehlah #waspadacorona
Tata
Semoga seluruh masyarakat Bali dilindungi dari wabah penyakit Corona.
Rochmad Setyadi
Penanganannya sudah tepat. Deteksi suspect dari bandara, kalau panas dibawa ke RS rujukan. Yang akan jadi konsen adalah kalau deteksi suspect meningkat. Mungkin saat itu penerbangan dari negara bersangkutan perlu ditutup sementara. Kalau tidak ada peningkatan dan masih bisa ditangani mungkin masih ok.
Billy DeRoxx
Menunggu info yang lebih terbuka, bukannya ditutup-tutupi, malah bikin panik tersembunyi. *