DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali Wayan Koster mendukung penuh pelaksanaan Kongres UNIMA International, Festival Wayang Internasional dan Seminar Internasional Wayang 2020 di Bali. Kegiatan yang mengundang peserta dari penjuru dunia ini dinilai sangat penting sebagai ajang pelestarian budaya serta penanaman nilai-nilai kemanusiaan yang banyak terkandung dalam kesenian wayang.
Ia pun melihat ada tren penurunan dalam kesenian wayang Bali. “Saya melihat saat ini kesenian wayang di Bali sudah mengalami tren penurunan. Ditambah masuknya kesenian modern dari luar yang turut menggerus keberadaan kesenian wayang dan ketertarikan generasi muda untuk menggeluti profesi sebagai dalang,” ujarnya saat menerima audiensi dari Perserikatan Wayang Internasional – Union Internationale de la Marrionnette (UNIMA) Indonesia di Ruang Tamu Gubernur Bali, Kamis (5/3).
Menurut Koster, Pemerintah Provinsi Bali ke depan akan lebih berperan dalam mengangkat lagi kesenian wayang di tengah perkembangan jaman. Terlebih, Bali sangat membutuhkan wayang dan dalang. Seperti misalnya dalam upacara 3 bulanan anak, karya, dan lainnya.
“Pergelaran wayang di sisi lain juga mampu menjadi sarana untuk memberikan hiburan hingga sarana untuk menuangkan kritik sosial yang membangun,” imbuhnya.
Sementara itu, Presiden UNIMA Indonesia, TA Samudro Sriwijaya mengatakan, rangkaian kegiatan Kongres, Festival dan Seminar internasional rencananya dilaksanakan 13-19 April 2020. Untuk acara pembukaan akan mengambil lokasi di Kabupaten Gianyar, dengan rencana awal di Lapangan Astina, Gianyar.
Sedangkan untuk Kongres akan dilaksanakan di Sanur dan Seminar Internasional akan menggandeng kampus ISI Denpasar. Lalu untuk kegiatan festival akan dilaksanakan di beberapa lokasi wisata seperti Ubud dan Tanah Lot.
“Rangkaian kegiatan ini akan diikuti oleh perwakilan dari 100 negara di dunia, dengan lebih dari 1.000 peserta. Semuanya memiliki kesenian sejenis wayang yang dinaungi oleh organisasi UNIMA International, yang berpusat di Paris, Prancis,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan ini, lanjut Samudro, juga menjadi kesempatan bagi dalang dan seniman wayang lokal untuk tampil di panggung internasional. Wayang yang ditampilkan, tak hanya dari Indonesia tapi juga aneka kesenian sejenis wayang (marionette, Puppet show, dll) dari negara peserta. Kongres UNIMA nantinya akan menghasilkan Bali Declarations sebagai landasan untuk menjadikan kesenian wayang sebagai bagian dari resolusi PBB.
UNESCO pada 7 November 2003 telah mengakui wayang sebagai Mahakarya Warisan Budaya Tak benda Dunia yang kemudian disertifikasi pada tanggal 4 November 2008 di Paris. “Dilanjutkan upaya-upaya untuk menjadikan wayang tetap tumbuh dan berkembang hingga ditetapkannya tanggal 7 Februari sebagai Hari Wayang Nasional sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 30 tahun 2018 tentang Hari Wayang Nasional,” paparnya. (Rindra Devita/balipost)