DENPASAR, BALIPOST.com – Pertanian Bali telah lama terpuruk dan pariwisata dituding menjadi salah satu penyebabnya. Keduanya lalu sering dibenturkan, pertanian rusak akibat pariwisata dan pertanian dapat diselamatkan jika laju pariwisata sedikit direm.
Dalam setiap momentum pariwisata terpuruk, banyak pihak kembali mengingatkan bahwa Bali sebaiknya tidak terlalu tergantung dari pariwisata. Rentannya industri pariwisata terguncang dan berdampak pada keterpurukan ekonomi Bali membuat pariwisata tak layak jadi gantungan utama.
Diantara sejumlah alternatif pilihan, pertanian menjadi salah satu yang paling layak. Namun pertanian Bali nampaknya telah terlanjur rusak akibat laju kencang pariwisata.
Pertanian dan pariwisata telah cukup sering diposisikan berhadap-hadapan. Pariwista yang tak terkendali, berdampak besar pada penurunan kekuatan pertanian Bali.
Buktinya sektor pariwisata terlalu dominan menguasai hampir semua aspek kehidupan. Apa saja akan dilakukan demi pariwisata termasuk hal-hal yang membahayakan masa depan pertanian. Pariwisata telah menjadi anak emas.
Bukti pariwisata menjadi anak emas adalah kebijakan pemerintah yang memanjakan. Ketika pariwisata terancam kolaps, berbagai bantuan dikerahkan.
Namun pertanian yang sejak dulu merana dibiarkan begitu saja. Kebijakan hanya sebagian kecil memberi perhatian terhadap upaya menguatkan pertanian.
Anggaran di APBD untuk pertanian tak sampai 2 persen. Akibatnya alih fungsi lahan semakin tinggi, regenerasi petani tidak terjadi dan budaya agraris mulai terancam punah.
Saat dimana pariwisata Bali bersiap memasuki masa jeda akibat Virus Corona, ada baiknya kedua sektor berhenti dibenturkan. Tawaran solusinya adalah melakukan harmonisasi, yakni membuat kebijakan pemerintah ke depan meletakkan keduanya beriringan.
Pariwisata yang dijalankan adalah pariwisata yang menghidupi pertanian Bali. Ini berarti pertanian di Bali dari hulu hingga hilir dijadikan tujuan akhir pengembangan dan pengembangan pariwisata.
Hasil akhir dari harmonisasi pariwisata dan pertanian adalah bagaimana kedua sektor dapat menjadi kekuatan bersama penggerak ekonomi Bali. Tidak ada lagi salah satu sektor yang lebih dominan dibanding sektor lainnya. (Nyoman Winata/balipost)
Ulasan mengenai harmonisasi pertanian dan pariwisata ini dapat dibaca di harian Bali Post, Senin 9 Maret 2020.