Papan larangan buang sampah sembarangan dipasang DLH Gianyar di sejumlah titik. (BP/istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Penanganan sampah kini tengah digalakan Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh. Hal ini dilakukan karena tingginya produksi sampah di desa tersebut yang mencapai 7 ton per hari.

Bahkan jumlah itu bisa bertambah 5 kali lipat saat hari raya. Perbekel I Gusti Putu Sarjana mengatakan mau tidak mau sampah di desanya harus dikelola secara serius.

Sebab seiring dengan peningkatan aktivitas sosial ekonomi masyarakat, berdampak langsung pada peningkatan volume sampah. “Produksi sampah di Desa Keramas sekitar 7 ton per hari. Volume sampah ini menjadi lima kali lipat saat hari raya, piodalan pura, dan sejenisnya,” ungkapnya saat sosialisasi penanganan sampah dengan Dinas Lingkungan Hidup Gianyar di Wantilan Banjar Lebah, Desa Keramas, Sabtu (7/3) malam.

Baca juga:  Dr. Somvir Bagikan Beras dan Ajak Warga Lakukan Yoga Cegah COVID-19

Akibat kondisi ini petugas pemungut kuwalahan saat memungut sampah. Dikatakan jika satu petugas hanya bisa mengangkut sampah untuk 20 rumah.

Oleh karena itu, pihaknya kini terus membina masyarakat desa agar tak selalu berpikir tentang membuang sampah. “Harapan kami sampah agar dikelola, terutama yang organik untuk pengkomposan,” jelasnya.

Plt Kepala DLH Gianyar Wayan Kujus Pawitra mengatakan Pemkab Gianyar terus membina masyarakat agar berperan lebih intensif dalam penanganan sampah. Menurutnya, saat ini perilaku hidup bersih melalui pengelolaan sampah sudah menjadi kebutuhan.

Baca juga:  Atasi Bau Busuk dan Urai Sampah di TPA Mandung, Eco Enzym Disemprotkan

Kujus Pawitra berharap penciptaan lingkungan bersih dan sehat dimulai dari kaum perempuan. Karena mereka merupakan pengendali sampah pertama dalam lingkungan keluarga.

Kujus menambahkan pengendalian sampah penting dilakukan dengan pendekatan kearifan lokal masyarakat zaman dulu. Dulu, masyarakat ke pasar tidak menggunakan plastik. “Dulu, ibu-ibu jika ke pasar membeli barang dagangan memakai penarak (bakul), keranjang, dan sejenisnya. Makanan atau bahan makanan dibungkus daun-daunan dan kertas,” ujarnya. (Manik Astajaya/balipost)

Baca juga:  Selamatkan Lingkungan, Petani Didorong Gunakan Pupuk Organik
BAGIKAN