Tanaman vanili. (BP/Dokumen)

NEGARA, BALIPOST.com – Sejak setahun belakangan, masyarakat Jembrana khususnya para pecinta tanaman “demam” budidaya tanaman vanili. Selain nilai jual yang tinggi, para penggemar tanaman ini juga tertarik proses penanaman yang bisa dilakukan dengan berbagai metode tanam.

Warga memanfaatkan lahan pekarangan di rumah untuk menanam tanaman merambat yang dikenal “manja” ini. Sejumlah warga penggemar tanaman bahkan rela mengeluarkan modal awal untuk pembuatan kebun vanili hingga puluhan juta rupiah.

Tergantung struktur dan luas green house yang digunakan. Mulai berbahan kayu, bambu, pipa paralon, beton maupun baja ringan. “Kalau dibiarkan liar di kebun khawatirnya nanti ketika berbunga dan siap panen, sulit diawasi. Jadi banyak yang memanfaatkan halaman pekarangan rumah. Mudah diawasi dan mudah dipelihara,” terang Weda, salah seorang pembudidaya Vanili asal Desa Pergung, Mendoyo.

Baca juga:  Badung Kembalikan Kejayaan “Emas Hijau” Badung Utara

Menurutnya proses pemeliharaan Vanili sejatinya tidak terlalu rumit. Hanya saja, memerlukan perhatian yang ekstra dibandingkan tanaman lainnya.

Mulai dari media tanam, pemupukan, penyiraman, pencahayaan hingga proses perkawinan. Bermacam sistem tanam yang diterapkan salah satunya dengan memanfaatkan pipa peralon dan kawat.

Seperti yang dilakukan Ida Bagus Made Mahendra di Baler Bale Agung. Lahan seluas dua are dibelakang bangunan yang sebelumnya kosong dimanfaatkan dengan membuat green house semi modern menggunakan tajar mati dan paranet diatasnya.

Baca juga:  Cegah Kebocoran Pupuk Bersubsidi, Petani Bali Dibagikan Kartu Tani

Untuk media tanamnya, Mahendra pengurus Perkumpulan Petani Vanili Indonesia (PPVI) Jembrana ini juga menggunakan cocopet yang direkatkan di sekeliling peralon. “Yang paling dasar adalah kesabaran menjaga kualitas, harga vanili sebenarnya tetap tinggi ketika kita jaga kualitas, yaitu panen tua. Di PPVI ini para anggota bisa sharing ilmu budidaya, dan nantinya sampai pemasaran,” terang Mahendra yang akrab disapa Bang Sontol ini.

Beberapa petani juga memanfaatkan lahan kebun mereka untuk menanam Vanili ini. Salah satunya metode menanam berdampingan dengan batang pohon tanaman keras lain yang ada di kebun.

Baca juga:  Sejak 2015, Patung KB dengan 4 Anak Ada di Desa Baluk

Seperti pohon Gamal, pohon Jarak maupun Lamtoro. Vanili akan merambat di batang pohon tersebut. “Kalau sistem itu selain sulit diawasi juga rawan penyakit. Semisal tanaman yang dirambat itu kena penyakit, maka biasanya vanili juga terdampak,” tambah Made Buana Alit, warga lainnya.

Proses perkembangbiakan memang cukup lama dari mulai bibit. Tetapi ketika sudah berbunga dan panen, maka petani mendapatkan hasil yang cukup lumayan.

Harga vanili basah di pasaran saat ini memang cukup menjanjikan. Bahkan lebih mahal dari cengkeh. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN