Langkah cepat telah diambil Gubernur Bali Wayan Koster. Di tengah ancaman krisis akibat penyebaran Covid-19, Gubernur meluncurkan program ‘’We Love Bali’’ Movement. Langkah sinergis ini diharapkan mampu menggerakkan ekonomi Bali secara simultan. Sasarannya mencegah agar ekonomi Bali tidak terpuruk semakin dalam.
Tentu langkah ini patut didukung semua kalangan, tidak saja jajaran birokrasi di kabupaten/kota. Terlebih kalangan pengusaha, harus melangkah bersama dan sinergis. Tidak ketinggalan para petani dan perajin harus berinovasi untuk menjadikan produknya bisa bersaing. Dalam hal ini, tentu kita tidak perlu muluk-muluk untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Namun yang lebih penting adalah mewujudkan produk pertanian bisa menjadi tuan di Bali. Sebab, selama ini Bali dibanjiri produk luar. Baik luar daerah maupun luar negeri.
Demikian pula pengusaha mesti menguatkan yang menjadi kekuatan Bali. Budaya yang menjadi ikon pariwisata selama ini harus didukung pelestarinya. Demikian pula lingkungan. Artinya kalangan pariwisata jangan membuat produk jualan yang meminggirkan budaya Bali. Demikian juga dengan lingkungan, jangan sampai sektor pariwisata ikut andil dalam perusakan lingkungan.
Lalu apa yang harus dilakukan para pengambil keputusan dan birokrasi? Saat situasi seperti sekarang, peran birokrasi sangat menentukan. Kebijakan yang berpihak pada Bali mesti menjadi pedoman.
Berwacana, bukan lagi masanya. Harus melakukan action yang jelas. Seperti program perlindungan terhadap pertanian Bali. Demikian pula terhadap perajin, harus terimplementasi secara nyata. Sebab selama ini memajukan pertanian dan produk kerajinan Bali hanya wacana. Tak ada langkah nyata untuk itu. Apalagi upaya untuk memperbaiki kualitas produk yang selama ini menjadi ganjalan untuk bisa memenangkan persaingan.
Intinya birokrasi jangan sebatas membuat program, tetapi terus berupaya mewujudkannya. Gubernur Koster telah memberikan contoh untuk itu. Ia telah mengeluarkan Pergub No. 1 Tahun 2020 yang mengatur soal arak Bali. Ini langkah nyata, langkah konkret untuk melindungi petani Bali.
Terbukti tak lebih dari 2,5 bulan izin edar untuk produk arak telah dikeluarkan oleh BPPOM. Padahal selama berpuluh-puluh tahun hal tersebut diwacanakan dan selalu mentok dengan alasan arak merupakan investasi negatif. Namun berkat komitmen dan perjuangan yang gigih akhirnya apa yang diidam-idamkan petani arak sejak lama akhirnya terwujud juga.
Contoh ini yang semestinya diteladani dalam menyelamatkan ekonomi Bali. Ke depan, kita harus mencintai Bali. Harus bersama-sama bergerak memajukan Bali. Tanpa semangat ‘’We Love Bali’’ maka sulit untuk memajukan Bali di tengah kasus Covid-19 ini.
Dengan gebrakan ini, tentu diharapkan semua pihak bersatu melancarkan berbagai program recovery. Tinggal sekarang merumuskan langkah nyatanya.
Dalam langkah simultan ini, upaya penanggulangan virus harus sejalan yang dilakukan pemerintah dan WHO. Langkah yang tak kalah pentingnya adalah mengkomunikasikan ini dengan pemerintah pusat, sehingga dana yang bisa dialihkan ke daerah segera bisa terealisasikan.