DENPASAR, BALIPOST.com – Virus Corona (COVID-19) menyebabkan kepanikan di kalangan masyarakat (panic buying). Akibatnya sejumlah barang menjadi langka dan harganya naik berlipat-lipat, seperti masker dan hand sanitizer.
Dampak dari kondisi ini, menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Prof. Dr. Made Kembar Sri Budhi, M.P., jelas merugikan dan menurunkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan harga yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan masyarakat adalah penyebab kesejahteraan masyarakat menurun.
Apalagi, masalah sosial, politik dan ekonomi berkaitan sangat erat dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, besar-kecilnya pengaruh yang ditimbulkan, tergantung pada kemandirian suatu daerah atau negara.
Jika ketergantungan tinggi pada daerah lain, maka gejolak suatu daerah akan berdampak besar pada daerah bersangkutan. “Seperti hubungan ekonomi Indonesia-Tiongkok, yang mana Indonesia masih sangat besar ketergantungannya terhadap produk dan bahan baku dari Tiongkok dan sebaliknya. Begitu Tiongkok mengalami masalah, maka pasokan produk dan bahan baku dari Tiongkok dan sebaliknya, terganggu. Salah satu faktor pendorong kenaikan harga adalah kelangkaan bahan baku dan produk,” jelasnya, Selasa (10/3).
Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Provinsi Bali ini menjelaskan, kelangkaan bahan baku menyebabkan harga bahan baku meningkat. Apabila dipaksakan berproduksi, maka biaya produksi akan meningkat. “Ini artinya harga produk akan naik. Jika kenaikan harga produk masih proporsional dengan kenaikan bahan baku artinya mekanisme pasar masih relatif sempurna. Namun, apabila kenaikan harga produk berlipat-lipat dibandingkan kenaikan bahan baku, seperti masker, berarti mekanisme pasar telah dikacaukan oleh perilaku masyarakat yang khawatir dan panik berlebihan,” paparnya.
Demikian juga dengan distribusi produk yang terhambat akan mengakibatkan pasokan terbatas. “Jika kondisi ini diimbangi dengan perilaku membeli masyarakat berlebihan jelas mendorong inflasi semakin besar,” tegasnya.
Oleh karena itu, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mempersempit rentang inflasi, di antaranya adalah mengedukasi masyarakat untuk tetap bersikap dan berperilaku rasional. Meskipun tidak mudah, jika terus menerus digaungkan, niscaya akan memberi hasil.
Selain itu, juga senantiasa memanfaatkan potensi dalam negeri, dengan mengembangkan produk-produk substitusi impor karena dengan jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pasar yang luar biasa. Selanjutnya, jangan terlalu bangga dengan produk monokultur termasuk sektor pariwisata.
Selalu diupayakan diversifikasi produk, sehingga jika terjadi suatu gejolak terhadap produk tertentu akan kurang berpengaruh terhadap produk secara keseluruhan. Alhasil, eksistensi harga dapat dikendalikan dan gejolak inflasi sebagai salah satu penyakit ekonomi mampu diminimalisir. (Winatha/balipost)